KONSEP
DIRI (PERAN)
A. Pengertian
Konsep diri didefinisikan sebagai
semua pikiran keyakinan dan kepercayaan yang membuat seseorang mengetahui
tentang dirinya dan mempengaruhi hubungannya dengan orang lain. Individu dengan
konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari
kemampuan intelektual dan penguasaan lingkungan.
Individu dengan konsep diri yang
negatif dapat dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.
Komponen konsep diri dapat dilihat dari lima komponen yaitu gambaran diri,
ideal diri, harga diri, peran dan identitas diri.
Menurut Beck, William and Rawlin
1986 hal 293 pengertian konsep diri adalah cara individu memandang dirinya
secara utuh meliputi fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Pada usia lanjut individu mengalami
perubahan fisik maupun psikologis yang dapat menjadi pencetus terjadinya
gangguan konsep diri. Pandangan individu tentang dirinya dipengaruhi oleh
bagaimana ia mengartikan pandangan orang lain tentang dirinya termasuk keluarganya.
Peran adalah suatu pola sikap, nilai
dan tujuan yang diharapkan dari seseorang yang berdasarkan posisinya
dimasyarakat. Sementara untuk posisi tersebut merupakan identifikasi dari
status atau tempat seseorang dalam suatu sistim sosial dan merupakan perwujudan
aktualisasi diri. Peran juga diartikan sebagai serangkaian perilaku yang
diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi individu dalam
berbagai kelompok sosial.
Penampilan peran adalah serangkaian
perilaku yang diharapkan oleh lingkungan sosial berhubungan dengan fungsi
individu diberbagai kelompok sosial atau masyarakat. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak mempunyai pillihan. Peran yang diterima
adalah peran yang terpilih atau dipilih oleh individu .
B. Stres Peran
Posisi dimasyarakat dapat merupakan
stresor terhadap peran karena struktur sosial yang menimbulkan kesukaran, atau
tuntutan posisi yang tidak mungkin dilaksanakan. Stres peran terdiri dari :
1) Konflik peran, dialami jika peran
yang diminta konflik dengan sistem individu atau dua peran yang konflik satu
sama yang lain.
2) Peran yang tidak jelas, terjadi jika
individu yang diberi peran yang tidak jelas dalam hal perilaku dan penampilan
yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai, terjadi
jika individu dalam proses transisi merubah nilai dan sikap. Misalnya,
seseorang yang masuk dalam satu profesi, dimana terdapat konflik antara nilai
individu dan profesi.
4) Peran berlebih, terjadi jika
individu menerima banyak peran misalnya, sebagai istri, mahasiswa, perawat,
ibu. Individu dituntut melakukan banyak hal tetapi tidak tersedia waktu untuk
menyelesaikannya. (Keliat, 1992)
C. Faktor-faktor Penyesuaian Peran
Faktor-faktor yang mempengaruhi
dalam menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan, yaitu :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan
yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon orang yang
berarti terhadap peran yang dilakukan
3) Kesesuaian dan keseimbangan antar
peran yang diemban
4) Keselarasan budaya dan harapan
individu terhadap perilaku peran
5) Pemisahan perilaku yang akan
menciptakan ketidak sesuaian perilaku peran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik dan
menerapkan system terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha
untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Manusia dalam mewujudkan keadaannya
untuk sehat berusaha untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sedangkan
seseorang disebut sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri
dan lingkungannya.
Aktualisasi diri menurut Maslow merupakan tingkat kebutuhan
yang paling tinggi dan untuk mencapainya diperlukan konsep diri yang sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui
individu tantang dirinya dan memengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan
membedakan dirinya dengan orang lain.
Konsep diri adalah citra subyektif dari diri dan pencampuran
yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah sadar maupun sadar.
Konsep diri dikembangkan melalui proses yang sangat kompleks yang melibatkan
banyak variable. Keempat komponen konsep diri adalah identitas, citra tubuh,
harga diri dan peran. Konsep diri adalah kombinasi dinamis yang dibentuk selama
selama bertahun-tahun dan didasarkan pada hal berikut :
a. Reaksi orang
lain terhadap tubuh seseorang
b. Persepsi
berkelanjutan tentang reaksi orang lain terhadap dirinya
c. Hubungan dengan
diri dan orang lain
d. Struktur
kepribadian
e. Persepsi
terhadap stimulus yang mempunyai dampak pada diri
f.
Pengalaman baru atau sebelumnya
g. Perasaan saat
ini tentang fisik, emosional dan social diri
h. Harapan tentang
diri
Konsep diri memberikan rasa kontinuitas, keutuhan dan
konsistensi pada seseorang. Konsep diri yang sehat mempunyai tingkat
kestabilan yang tinggi dan membangkitkan perasaan negatif atau positif yang
ditujukan pada diri.
Identitas membentuk salah satu dari keempat prinsip yang
terintigrasi dari konsep diri. Selain itu, citra tubuh yang merupakan gambaran
dari mental kita adalah bagian konsep diri yang mencakup sikap dan pengalaman
yang berkaitan dengan tubuh, termasuk pandangan tentang maskulinitas dan
feminitas, kegagahan fisik, daya tahan dan kapabilitas. Citra tubuh berkembang
secara bertahap dan dapat berubah dalam beberapa jam, hari, minggu dan bulan
bergantung pada stimuli eksternal pada tubuh dan perubahan aktual dalam
penampilan, struktur dan fungsi. Cara orang lain melihat tubuh kita juga
mempunyai pengaruh.
Harga diri berasal dari dua sumber, yaitu diri sendiri dan
orang lain. Harga diri bergantung pada kasih sayang dan penerimaan. Harga diri
mencakup penerimaan diri sendiri karna nilai dasar, meski lemah dan terbatas.
Secara umum konsep diri adalah semua tanda, keyakinan dan
pendirian yang merupakan suatu pengetahuan individu tentang dirinya yang dapat
mempengaruhi hubungannya dengan orang lain, termasuk karakter, kemampuan,
nilai, ide, dan tujuan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Komponen konsep diri
Konsep diri dapat digambarkan dalam istilah rentang dari
kuat sampai lemah atau dari positif sampai negatif. Bergantung kepada kekuatan
individu dari keempat komponen konsep dirinya.
1. Identitas
Identitas mencakup rasa internal tentang individualitas, keutuhan
dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi.
Identitas menunjukkan menjadi lain dan terpisah dari orang lain, namun menjadi
diri yang utuh dan unik.
Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang intim
karma identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang lain.
2. Citra tubuh
Citra tubuh membentuk persepsi seseorang tentang tubuh, baik
secara internal maupun eksternal. Persepsi ini mencakup perasaan dan sikap yang
ditujukan pada tubuh. Citra tubuh dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang
karakteristik dan kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain.
Citra tubuh juga dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan
perkembangan fisik, sikap, nilai cultural dan sosial.
3. Harga diri
Harga diri berdasarkan pada factor internal dan eksternal.
Harga diri dapat dipahami dengan memikirkan hubungan antara konsep diri
seseorang dan diri ideal. Diri ideal terdiri atas aspirasi, tujuan, nilai dan
standar perilaku yang diupayakan untuk dicapai.
Evaluasi diri adalah proses mental yang berkelanjutan.
Nilai-nilai atau harga diri adalah kebutuhan dasar manusia yang dipengaruhi
oleh sejumlah control yang mereka miliki terhadap tujuan dan keberhasilan dalam
hidup.
4. Peran
Peran mencakup harapan atau standar perilaku yang telah
diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola
yang ditetapkan melalui sosialisasi. Sosialisasi itu sendiri dimulai tepat
setelah lahir, ketika bayi berespons terhadap orang dewasa dan orang dewasa
berespons terhadap perilaku bayi. Anak belajar perilaku yang diterima oleh
masyarakat melalui proses berikut :
a.
Reinforcement-extinction : perilaku tertentu menjadi umum atau dihindari,
bergantung apakah perilaku ini diterima dan diharuskan atau tidak diperbolehkan
dan dihukum.
b. Inhibisi :
seorang anak belajar memperbaiki perilaku, bahkan ketika berupaya untuk
melibatkan diri mereka.
c. Substitusi :
seorang anak menggantikan satu perilaku dengan perilaku lainnya, yang
memberikan kepuasan peribadi yang sama
d. Imitasi :
seorang anak mendapatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku dari anggota
social atau kelompok cultural.
e. Identifikasi :
seorang anak menginternalisasikan keyakinan, perilaku, dan nilai dari model
peran ke dalam ekspresi diri yang unik dan personal.
Selama sosialisasi, seorang anak umumnya mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi dalam banyak peran yang berbeda.
Sosialisasi yang tidak berhasil adalah ketidakmampuan untuk berfungsi seperti
yang dapat diterima oleh nilai masyarakat.
B. Perkembangan konsep diri
Perkembangan konsep diri adalah proses sepanjang hidup.
Setiap tahap perkembangan mempunyai aktivitas spesifik yang membantu seseorang
dalam mengembangkan konsep diri yang positif.
1. Bayi
Apa yang pertama kali dibutuhkan seorang bayi adalah pemberi
perawatan primer dan hubungan dengan pemberi perawatan tersebut. Bayi
menumbuhkan rasa percaya dari konsistensi dalam interaksi pengasuhan dan
pemeliharaan yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. Penyapihan, kontak
dengan orang lain, dan penggalian lingkungan memperkuat kewaspadaan diri. Tanpa
stimulasi yang adekuat dari kemampuan motorik dan penginderaan, perkembangan
citra tubuh dan konsep diri mengalami kerusakan. Pengalaman pertama bayi dengan
tubuh mereka yang sangat ditentukan oleh kasih sayang dan sikap ibu adalah
dasar untuk perkembangan citra tubuh.
2. Todler
Tugas psikososial utama mereka adalah mengembangkan otonomi.
Anak-anak beralih dari ketergantungan total kepada rasa kemandirian dan
keterpisahan diri mereka dari orang lain. Mereka mencapai keterampilan dengan
makan sendiri dan melakukan tugas higien dasar. Anak usia bermain belajar untuk
mengoordinasi gerakan dan meniru orang lain. Mereka belajar mengontrol tubuh
mereka melalui keterampilan locomotion, toilet training, berbicara dan
sosialisasi.
3. Usia prasekolah
Pada masa ini seorang anak memiliki inisiatif, mengenali
jenis kelamin, meningkatkan kesadaran diri, meningkatkan keterampilan
berbahasa, dan sensitive terhadap umpan balik keluarga. Anak-anak belajar
menghargai apa yang orang tua mereka hargai. Penghargaan dari anggota keluarga
menjadi penghargaan diri. Kaluarga sangat penting untuk pembentukan konsep diri
anak dan masukan negatif pada masa ini akan menciptakan penurunan harga
diri dimana orang tersebut sebagai orang dewasa akan bekerja keras untuk
mengatasinya.
4. Anak usia sekolah
Pada masa ini seorang anak menggabungksn umpan balik dari
teman sebaya dan guru. Dengan anak memasuki usia sekolah, pertumbuhan menjadi
cepat dan lebih banyak didapatkan keterampilan motorik, sosial dan intelektual.
Tubuh anak berubah, dan identitas seksual menguat, rentan perhatian meningkat
dan aktivitas membaca memungkinkan ekspansi konsep diri melalui imajinasi ke
dalam peran, perilaku dan tempat lain. Konsep diri dan citra tubuh dapat
berubah pada saat ini karna anak terus berubah secara fisik, emosional, mental
dan sosial.
5. Masa remaja
Masa remaja membawa pergolakan fisik, emosional, dan sosial.
Sepanjang maturasi seksual, perasaan, peran, dan nilai baru harus
diintegrasikan ke dalam diri. Pertumbuhan yang cepat yang diperhatikan oleh
remaja dan orang lain adalah faktor penting dalam penerimaan dan perbaikan
citra tubuh.
Perkembangan konsep diri dan citra tubuh sangat berkaitan
erat dengan pembentukan identitas. Pengamanan dini mempunyai efek penting.
Pengalaman yang positif pada masa kanan-kanak memberdayakan remaja untuk merasa
baik tentang diri mereka. Pengalaman negatif sebagai anak dapat mengakibatkan
konsep diri yang buruk. Mereka mengumpulkan berbagai peran perilaku sejalan
dengan mereka menetapakan rasa identitas.
6. Masa dewasa muda
Pada masa dewasa muda perubahan kognitif, sosial dan
perilaku terus terjadi sepanjang hidup. Dewasa muda adalah periode untuk
memilih. Adalah periode untuk menetapakan tanggung jawab, mencapai kestabilan
dalam pekerjaan dan mulai melakukan hubungan erat. Dalam masa ini konsep diri
dan citra tubuh menjadi relatif stabil.
Konsep diri dan citra tubuh adalah kreasi sosial,
penghargaan dan penerimaan diberikan untuk penampilan normal dan perilaku yang
sesuai berdasarkan standar sosial. Konsep diri secara konstan terus berkembang
dan dapat diidentifikasi dalam nilai, sikap, dan perasaan tentang diri.
7. Usia dewasa tengah
Usia dewasa tengah terjadi perubahan fisik seperti
penumpukan lemak, kebotakan, rambut memutih dan varises. Tahap perkembangan ini
terjadi sebagai akibat perubahan dalam produksi hormonal dan sering penurunan
dalam aktivitas mempengarui citra tubuh yang selanjutnya dapat mengganggu
konsep diri.
Tahun usia tengah sering merupakan waktu untuk mengevaluasi
kembali pengalaman hidup dan mendefinisikan kembali tentang diri dalam peran
dan nilai hidup. Orang usia dewasa tengah yang manerima usia mereka dan tidak
mempunyai keinginan untuk kembali pada masa-masa muda menunjukkan konsep diri
yang sehat.
8. Lansia
Parubahan pada lansia tampak sebagai penurunan bertahap
struktur dan fungsi. Terjadi penurunan kekuatan otot dan tonus otot.
Konsep diri selama masa lansia dipengaruhi oleh pengalaman
sepanjang hidup. Masa lansia adalah waktu dimana orang bercermin pada hidup
mereka, meninjau kembali keberhasilan dan kekecewaan dan dengan demikian
menciptakan rasa kesatuan dari makna tentang diri makna tentang diri mereka dan
dunia membentu generasi yang lebih muda dalam cara yang positif sering lansia
mengembangkan perasaan telah meninggalkan warisan.
C. Factor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri
Adapun factor-faktor yang mempengaruhi pembentukan konsep
diri adalah sebagai berikut :
1. Tingkat perkembangan dan
kematangan
Perkembangan anak seperti dukungan mental, perlakuan dan
pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
2. Budaya
Dimana pada usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari
orang tuanya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian
akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
3. Sumber eksternal dan
internal
Dimana kekuatan dan perkembangan pada individu sangat
berpengaruh terhadap konsep diri.
4. Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecendrungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan
konsep diri demikian pula sebaliknya.
5. Stresor
Stresor menantang kapasitas adaptif seseorang. Selye (1956)
menyatakan bahwa stres adalah kehilangan dan kerusakan normal dari kehidupan,
bukan hasil spesifik tindakan seseorang atau respon khas terhadap sesuatu.
Proses normal dari kematangan dan perkembangan itu sendiri adalah stresor.
Stresor konsep diri adalah segala perubahan nyata atau yang diserap yang
mengancam identitas, citra tubuh, harga diri, atau perilaku peran.
a) Stresor
identitas
Identitas didefinisikan sebagai pengorganisasian prinsip
dari system kepribadian yang bertanggung jawab terhadap kesatuan, kontinuitas,
keunikan, dan konsistensi dari kepribadian. Identitas dipengaruhi oleh stresor
seumur hidup.
Bingung identitas terjadi ketika seseorang tidak
mempertahankan identitas personal yang jelas, konsisten, dan terus sadar.
Kebingungan identitas dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan jika seseorang
tidak mampu mengatasi stresor identitas. Dalam stress ekstrem seorang individu
dapat mengalami depersonalisasi, yaitu suatu keadaan dimana realitas internal
dan eksternal atau perbedaan antara diri dan orang lain tidak dapat ditetapkan.
b) Stresor citra
tubuh
Perubahan dalam penampilan, struktus atau fungsi bagian
tubuh akan membutuhkan perubahan dalam citra tubuh. Makna dari kehilangan
fungsi atau perubahan dalam penampilan dipengaruhi oleh persepsi individu
tentang perubahan yang dialaminya. Citra tubuh terdiri atas elemen ideal dan
nyata. Seorang wanita yang memasukkan payudara sebagai citra tubuhnya dalam
elemen ideal, maka kehilangan payudara akibat mastektomi dapat menjadi
perubahan yang signifikan. Makin besar makna penting dari tubuh atau bagian
spesifik, maka makin besar ancaman yang dirasakan akibat perubahan dalam citra
tubuh.
c) Stresor harga
diri
Harga diri adalah rasa dihormati, diterima, kompeten dan
bernilai. Banyak stresor mempengaruhi harga diri seorang bayi, usia bermain,
prasekolah dan remaja. Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan orang tua, kritik
tajam, hukuman yang yang tidak konsisten, persaingan antara saudara sekandung,
dan kekalahan yanmg berulang dapat menurunkan tingkat nilai diri. Stresor pada
orang dewasa mencakup ketidakberhasilan dalam pekerjaan dan kegagalan dalam
hubungan.
d) Stresor peran
Peran membentuk pola perilaku yang diterima secara sosial
yang berkaitan dengan fungsi seorang individu dalam berbagai kelompok sosial.
Sepanjang hidup orang menjalani berbagai perubahan peran. Perubahan normal yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan maturasi mengakibatkan transisi perkembangan.
Masing-masing dari transisi dapat mengancam konsep diri yang mengakibatkan
konflik peran, ambiguitas peran atau ketegangan peran.
1) Konflik peran
Konflik peran adalah tidak adanya kesesuaian harapan peran.
Jika seseorang diharuskan untuk secara bersamaan menerima dua peran atau lebih
yang tidak konsisten, berlawanan, atau sangat eksklusif maka dapat terjadi
konflik peran. Terdapat tiga jenis dasar konflik peran yaitu :
a. Konflik
interpersonal terjadi ketika satu orang atau lebih mempunyai harapan yang
berlawanan atau tidak cocok secara individu dalam peran tertentu.
b. Konflik
antar-peran terjadi ketika tekanan atau harapan yang berkaitan dengan satu
peran melawan tekanan atau harapan yang saling berkaitan.
c. Konflik peran
personal terjadi ketika tuntutan peran melanggar nilai personal individu.
2) Ambiguitas
peran
Ambiguitas peran mencakup harapan peran yang tidak jelas.
Ketika terdapat ketidakjelasan harapan, maka orang menjadi tidak pasti apa yang
harus dilakukan, bagaimana harus melakukannya, atau keduanya.
3) Ketegangan
peran
Ketegangan peran adalah perpaduan antara konflik peran dan
ambiguitas peran. Ketegangan peran dapat diekspresikan sebagai perasaan
frustasi ketika seseorang merasakan tidak adekuat atau merasa tidak sesuai
dengan peran.
Kelebihan beban peran terjadi ketika seseorang individu
tidak dapat memutuskan tekanan mana yang harus dipatuhi karna jumlah tuntutan yang
banyak dan konflik prioritas.
6. Usia, keadaan sakit
dan trauma
Dimana usia tua dan keadaan sakit akan memengaruhi persepsi
seseorang.
D. Pengaruh perawat pada
konsep diri klien
Penerimaan perawat terhadap klien dengan perubahan konsep
diri membantu menstimulasi rehabilitasi yang positif. Klien yang penampilan
fisiknya telah mengalami perubahan dan yang harus beradaptasi terhadap citra
tubuh yang baru, hampir pasti baik klien maupun keluarganya akan melihat pada
perawat dan mengamati respons dan reaksi mereka terhadap situasi yang baru.
Dalam hal ini perawat mempunyai dampak yang signifikan. Rencana keperawatan
yang dirumuskan untuk membantu klien dengan perubahan konsep diri dapat
ditingkatkan atau digagalkan oleh nilai dan perasaan bawah sadar perawat.
Penting artinya bagi perawat untuk mengkaji dan mengklarifikasi hal-hal berikut
mengenai diri mereka :
1. Perasaan
perawat sendiri mengenai kesehatan dan penyakit
2. Bagaimana
perawat bereaksi terhadap stres
3. Kekuatan
komunikasi nonverbal dengan klien dan keluarganya dan bagaimana hal tersebut
ditunjukkan.
4. Nilai dan
harapan pribadi apa yang ditunjukkan dan mempengaruhi klien
5. Bagaimana
pendekatan tidak menghakimi dapat bermanfaat bagi klien
Untuk menciptakan hubungan antara perawat dan pasien
diperlukan komunikasi yang akan mempermudah dalam mengenal kebutuhan pasien dan
menentukan rencana tindakan serta kerja sama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.
Hubungan perawat dan klien yang terapeutik akan memepermudah proses komunikasi
tersebut.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan
secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk untuk kesembuhan
pasien. Tujuan komunikasi terapeutik itu sendiri adalah :
a. Membantu pasien
untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat
mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila pasien percaya pada hal
yang diperlukan.
b. Mengurangi
keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan
kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi
orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Menurut
Carl rogers prinsip-prinsip komunikasi terapeutik diantaranya :
a. Perawat harus
mengenal dirinya sendiri yang berarti menghayati, memahami dirinya sendiri
serta nilai yang dianut.
b. Komunikasi
harus ditandai dengan sikap saling menerima, saling percaya dan saling
menghargai.
c. Perawat harus
memahami, manghayati nilai yang dianut oleh pasien.
d. Perawat harus
menyadari pentingnya kebutuhan pasien baik fisik maupun mental.
e. Perawat harus
menciptakan suasana yang memungkinkan suasana yang memungkinkan pasien bebas
berkembang tanpa rasa kuat.
f.
Perawat harus dapat menciptakan suasana yang memungkinkan pasien memiliki
motivasi untuk mengubah dirinya sendiri baik sikap, tingkah lakunya sehingga
tumbuh makin matang dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
g. Mampu menetukan
batas waktu yang sesuai dan dapat mempertahankan konsistensinya.
h. Kejujuran dan
komunikasi terbuka merupakan dasar dari hubungan terapeutik.
i.
Mampu berperan sebagai role model agar dapat menunjukkan dan meyakinkan orang
lain tentang kesehatan, oleh karma itu perawat perlu mempertahankan suatu
keadaan sehat fisik mental, spiritual dan gaya hidup.
j.
Bertanggung jawab dalam dua hal yaitu tanggung jawab terhadap diri sendiri atas
tindakan yang dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang lain.
Adapun masalah-masalah yang dihadapi seseorang yang
berhubungan dengan konsep diri adalah sebagai berikut :
1. Kehilangan
Kehilangan (loss) adalah suatu situasi actual meupun
potensial yang dapat dialami individu ketika berpisah dengan suatu yang
sebelumnya ada, baik sebagian atau keseluruhan, atau terjadi perubahan dalam
hidup sehingga terjadi perasaan kehilangan. Kehilangan dapat berupa kehilangan
yang nyata (actual loss) yaitu kehilangan orang atau obyek yang tidak
lagi bisa dirasakan, dilihat, diraba atau dialami oleh seseorang dan kehilangan
yang dirasakan (perceived loss) yaitu kehilangan yang sifatnya unik
menurut orang yang mengalami kedukaan.
2. Berduka
Berduka (grieving) merupakan reaksi emosional
terhadap kehilangan. Adapun jenis berduka yaitu :
ü Berduka normal terdiri atas
perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan.
ü Berduka antisipatif yaitu
proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhya terjadi.
ü Berduka yang rumit dialami
oleh seseorang yang sulit untuk maju ketahap berikutnya.
ü Berduka tertutup yaitu
kedukaan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
3. Sekarat dan
kematian
Sekarat (dying) merupakan kondisi pasien yang
sedang manghadapi kematian, yang memiliki berbagai hal dan harapan tertentu
untuk meninggal. Kematian (death) merupakan kondisi terhentinya
pernapasan, nadi dan tekanan darah serta hilangnya respons terhadap stimulus
eksternal.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsep diri secara fisiologis, emosional dan social dibentuk
berdasarkan reaksi orang lain terhadap seseorang dan kemudian oleh interpretasi
individu tentang reaksi ini pada diri sendiri. Komponen konsep diri adalah
identitas, citra tubuh, harga diri dan peran yang dapat dipengaruhi oleh peran
kesehatan, pengalaman keluarga, social dan okupasi, serta aktivitas intelektual
dan kesenangan. Identitas adalah rasa konsisten dari berbagai individu yang
berbeda dari orang lain. Stresor identitas selama masa remaja dapat menimbulkan
kebingungan identitas. Citra tubuh adalah gambaran mental tubuh seseorang yang
dipengaruhi oleh pertumbuhan dan perkembangan, nilai dan sikap budaya dan
social, dan persepsi individu tantang tubuh. Stresor citra tubuh mencakup
perubahan dalam penampilan fisik, struktur atau fungsi tubuh. Harga diri
bergantung pada persepsi seseorang tentang ideal diri dan stresor harga diri
meliputi perkembangan dan hubungan, penyakit, pembedahan serta respon individu
lain terhadap perubahan individu yang di akibatkan oleh kejadian ini.
Dalam penanganan masalah konsep diri dibutuhkan peran
perawat sebagai orang yang paling dekat dengan klien secara intensif. Untuk itu
diperlukan hubungan antara perawat-klien yang akan mempermudah dalam
pemenuhan kebutuhan klien. Dalam hal ini komunikasi terapeutik memegang peranan
penting yang memiliki tujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien.
Oleh karna itu perawat-klien dapat terlibat dalam peningkatan kesadaran diri
klien, mendorong eksplorasi diri klien, membantu klien dalam evaluasi diri,
membantu klien merumuskan tujuan dalam upaya adaptasi dan membantu klien dalam
mencapai tujuan yang telah direncanakan.
B. Saran
Ø
Untuk memepermudah seorang perawat dalam pengaplikasian teori ini hendaknya seorang
perawat memahami dan mampu membangun konsep dirinya sendiri yang positif
Ø
Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuh H, A. Aziz. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta : Salemba Medika.
Tarwoto dan wartona. 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
keperawatan,
Jakarta:
Salemba Medika.
Potter,
Perry. 2005,
Fundamental Keperawatan, Jakarta : EGC
Purwanto, heri. 1993, Komunikasi Untuk Perawat,
Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment