DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.
Latar belakang
............................................................
2
1.1 Tujuan
......................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Konsep Kebutuhan Fisiologi ...................................... 3
1.3 Kebutuhan Keselamatan dan Rasa
Aman................... 6
1.4 Asuhan Keperawatan.................................................. 8
BAB III KESIMPULAN……………………………………… 11
REFERENSI………………………………………… 12
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG
Kebutuhan
dasar manusia adalah hal-hal seperti makanan, air, keamanan, dan cinta yg merupakan hal yang
penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Walaupun setiap orang mempunyai
sifat tambahan, kebutuhan yang kunik , setiap orang mempunyai kebutuhan dasar
manusia yang sama. Besarnya kebutuhan dasar yang terpenuhi menentukan tingkat
kesehatan dan posisi pada rentan
sehat sakit.
Hirarki
kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan
perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat
memberikan perawatan. Menurut teori ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu
lebih besar daripada kebutuhan lainya
oleh
karna itu, beberapa kebutuhan harus dipenuhi sebelum kebutuhan lain. Misalnya,
orang yang lapar akan lebih mencari makanan daripada melakukan aktifitas untuk
meningkatkan harga diri.
Hirarki
kebutuhan manusia mengatur kebutuhan dasar dalam 5 tingkatan perioritas.
Tingkatan yang paling dasar, atau yang pertama meliputi kebutuhan fisiologi
seperti udara,air,dan makanan. Tingakatan yang kedua meliputi kebutuhan
keselamatan dan keamanan. Tingkatan ketiga mencakup kebutuhan cinta dan rasa
memiliki. Tingkatan keempat meliputi rasa berharga dan harga diri dan tingkatan
terakhir adalah kebutuhan aktualisasi diri.
1.1 TUJUAN
1.
Untuk mengetahui apa saja kebutuhan dasar
yang diperlukan manusia.
2.
Untuk bahan diskusi pada mata kuliah
Kebutuhan Dasar Manusia.
3.
Sebagi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan.
4.
Untuk
menambah wawasan mengenai konsep kebutuhan fisiologi, keamanan, keselamatan dan
asuhan keperawatan.
.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.2 KONSEP
KEBUTUHAN FISIOLOGI
1. Kebutuhan Fisiologis
Pada tingkat
yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan
udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi)
sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga
kebutuhan dasar (basic needs)
yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan)
bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri
karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar
ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu
kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Seorang
individu yang memiliki beberapa kebutuhan yang tidak terpenuhi secara umum
lebih dulu mencari kebutuhan fisiologis (Maslow, 1970). Kebutuhan fisiologi
merupakan hal yang perlu untuk bertahan hidup. Manusia memiliki 8 macam
kebutuhan:
1. Oksigen
Oksigen
merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Beberapa jaringan, dapat
bertahan beberapa waktu tanpa oksigen melalui metabolisme anaerob, sebuah
proses dimana jaringan ini menyediakan energi mereka sendiri tanpa adanya
oksigen. Jaringan yang melakukan hanya metabolisme aerob, prosesnya membentuk
energi dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada oksigen untuk
bertahan hidup.
Masalah
kebutuhan oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan kebutuhan dasar
manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang kekurangan oksigen akan
mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian. Proses pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia dapat
dilakukan dengan cara pemberian oksigen dari saluran pernafasan, membebaskan
saluran pernafasan dari sumbatan yang menghalangi masuknya oksigen.
2. Cairan
Tubuh
manusia membutuhkan keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran cairan. Cairan dimasukan melalui mulut atau secara
parentera, meninggalkan tubuh dari saluran pencernaan, paru-paru, kulit, dan
ginjal. Klien dari berbagai umur dapat mengalami kondisi yang tidak terpenuhi
kebutuhan cairan,tetapi manusia yang paling muda dan paling tua memiliki resiko
terbesar.
Dehidrasi
dan edema mengindikasikan tidak terpenuhinya kebutuhan cairan. Dehidrasi
mungkin karna demam berlebihan atau berkepanjangan, muntah, diare, atau
beberapa kondisi yang menyebabkan kehilangan cairan dengan cepat. Edema juga
diikuti oleh gangguan elektrolit dan bisa muncul pada gangguan nutrisi,
ginjal,kanker, atau gangguan lain yang menyebabkan akumulasi cairan yang cepat.
Kebutuhann
cairan sangat diperlukan tubuh vdalam mengangkut zat makanan dalam sel, sisa
metabolisme, sebagai pelarut elektrolit dan non elektrolit, memelihara suhu
tubuh, mempermudah eliminasi, dan membantu pencernan. Disamping kebutuhan cairan elektrolit (natrium,
kalium, klorida, prostat) sangat penting untuk menjaga keseimbangan asam-basa ,
konduksi saraf. Prosedur pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam
pelayanan keperawatan dapat dilakukan melalui pemberian cairan peroral.
3. Nutrisi
Tubuh
manusia memiliki kebutuhan esensial terhadap nutrisi, walaupun tubuh dapat
bertahan tanpa makanan lebih lama daripada tanpa cairan. Proses metabolik tubuh
mengontrol pencernaan,
menyimpan
makanan dan mengeluarkan produk sampah.
Mencerna dan menyimpan makanan adalah hal yang penting dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi tubuh. Prosedur pemenuhan kebutuhan nutrisi pada orang sakit yang tidak
mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan cara membantu memenuhinya melalui
oral (mulut), enteral
(pipa lambung).
4. Temperature
Tubuh
dapat berfungsi secara normal hanya dalam rentang temperature sempit 37 °C.
Temperature tubuh diluar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan, efek yang
permanen seperti kerusakan otak, atau kematian. Tubuh dapat secara sementara
mengatur temperature melalui mekanisme tertentu.
Terpajan pada yang
berkepanjangan meningkatkan aktifitas metabolik tubuh dan meningkatkan
kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan yang berlebihan terhadap matahari dapat
menyebabkan sunstroke, yang ditandai dengan demam tinggi, konvulsi, dan koma.
Orang tua yang tinggal dirumah dengan ventilasi yang buruk tanpa mesin
pendingin (AC)
beresiko terkena
headstroke selama cuaca panas berkepanjangan.
5. Eliminasi
5. Eliminasi
Eliminasi
materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolik tubuh. Produk sampah
dikeluarkan melalui paru-paru,kulit, ginjal, dan pencernan.
Paru-paru
secara primer mengeluarkan karbon dioksida, sebuah bentuk gas yang dibentuk
selama metabolisme pada jaringan. Kulit mengeluarkan air dan natrium, yang
paling dikenal sebagai keringat. Hal ini membantu regulasi temperature karena
evaporasi keringat menurunkan temperature tubuh. Ginjal merupakan bagian tubuh
primer yang utama untuk mengeksresikan kelebihan cairan tubuh, elektrolit,
ion-ion hidrogen, asam. Eliminasi urine secara normal bergantung pada pemasukan
cairan dan sirkulasi volume darah; jika salah satunya menurun, pengeluaran
urine akan menurun. Usus mengeluarkan
produk sampah yang padat dan beberapa cairan dri tubuh. Pengeluaran sampah yang
padat melalui evakuasi usus besar biasanya menjadi sebuah pola pada usia 30 sampai 36 bulan.
6. Tempat tinggal
Walaupun
kebanyakan orang mempunyai beberapa jenis tempat tinggal, terkadang tempat
tinggal tersebut dibawah standart dan tidak memberikan perlindungan yang penuh.
Bencana alam seperti banjir, kebakaran dan badai dapat menjadikan seluruh
masyarakat menjadi tidak memiliki rumah.
Pada
saat pengkajian apakah klien dapat memenuhi kebutuhan tempat tinggal,perawat
mengidentifikasikan faktor resiko penyakit atau kerusakan. Lingku ngan yang
kotor bisa menarik perhatian serangga dan binatang seperti tikus, yang dapat
meningkatkan resiko terjadinya. penyakit. Jika sebuah rumah dengan kondisi
penerangan yang buruk atau kacau
akan terjadi peningkatan resiko kerusakan yang tidak sengaja.
7. Istirahat
Setiap
manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologi untuk istiraha teratur. Jumlah
kebutuhan istirahat berfariasi, tergantung pada kualitas tidur, status
kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang. Klien sakit kronis
membutuhkan istirahat lebih banyak dibanding orang yang sehat dengan umur yang
sama.
Tekanan
fisik dan emosi bisa juga meningkatkan kebbutuhan istirahat klien. Istirahat
dan tidur sering memberikan perasaan terlepas sementara dari tekanan. Sering pola istirahat mengalami
perubahan karena penyakit atau rasa nyeri. Perawat menggunakan metode spesifik
untuk meningkatkan rasa nyaman dan menurunkan rasa nyeri sehingga kebutuhan
istirahat klien dapat diantisipasi dan dipenuhi.
8. Seks
Seks
dianggap oleh Maslow (1970) sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara umum
mengambil prioritas diatas tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Kebutuhan seksual dan perilaku bagai
mana untuk memenuhinya di[pengaruhi oleh :
1. Umur
2. Latar
belakang sosial budaya
3. Etika
4. Nilai
5. Harga
diri
6. Tingkat
kesejahteraan
Kilen
yang mengalami depresi, berkabung, atau
perubahan gaya hidup beresiko tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya. Pada
beberapa klien pemenuhan kebutuhanb seksual hanya tergantung sementara.
Sedangkan untuk klien lain, khususnya klien depresi berat, kebutuhan seksual
tidak terpenuhi dalam waktu lebih lama dan bisa diatasi hanya dengan konseling.
1.3
KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN RASA AMAN
1. Kebutuhan Rasa Aman
Jenis
kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas,
perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari
rasa takut dan cemas dan sebagainya. Karena
adanya kebutuhan inilah makamanusia membuat peraturan, undang-undang,
mengembangkan kepercayaan, membuat sistem asuransi, pensiun dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety
needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka
pandangan seseorang tentang dunianya bisa terpengaruh dan pada gilirannya pun
perilakunya akan cenderung ke arah yang makin negatif.
Prioritas berikutnya setelah kebutuhan fisiologis klien adalah kebuthan keselamatan dan keamanan fisik serta psikologis.
1. Keselamatan Fisik
Keselamatan adalah
suatu keadaan seseorang atau lebih yang terhindar dari ancaman bahaya/
kecelakaan. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak dapat diduga yang tidak
diharapkan yang dapat menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan
aman dan tentram.
Bayi memasuki dunia
secara penuh bergantung pada orang lain untuk kebutuhan dan keselamatan fisik.
Pada saat bayi bertumbuh dan berkembang, kemandirian yang lebih besar serta
bertahap dicapai. Orang dewasa secara umum mampu memberikan keselamatan fisik
mereka tetapi yang sakit cacat memenuhi keselamatan fisik kadang mengambil
prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya,
seorang perawat mungkin perlu melindungi klien disorientasi dari kemungkinan
jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
2.
Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman
secara psikologis , seorang manusian harus memahami apa yang diharapkan dari
orang lain , termasuk anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan
kesehatan. Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis ada
pengalaman yang baru yang tidak dikenal. Pelajar yang mulai memasuki perguruan
tinggi mungkin merasa tidak aman, seseorang memulai pekerjaan yang baru mungkin
merasa terancam oleh teknologi yang digunakan. Dalam beberapa kasus, orang
secara umum tidak secara langsung menytakan keselamatan psikologis mereka
terancam, tetapi dari pembicaraan mereka bisa secara tidak langsung
memperlihatkan perasaan mereka. Orang dewasa yang sehat secara umum mampu
memenuhi kebutuhan kesalamatan fisik dan psikologis mereka tanpa bantuan dari
profesional pemberi keperawatan kesehatan .
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan keselamatan dan keamanan :
1.
Usia
Pada
anak-anak tidak terkontrol dan tidak mengetahui akibat dari apa yang dilakukan.
Pada orang tua atau lansia akan mudah sekali terjatuh atau kerapuhan tulang.
2.
Tingkat kesadaran
pada pasien koma, menurunya respon
terhadap rangsang paralisis dan kurang tidur.
3. Emosi
Emosi seperti
kecemasan , depresi dan marah akan mudah sekali terjadi dan berpengaruh
terhadap masalah keselamatan dan keamanan.
4. Status
mobilisasi
Keterbatasan aktivitas, paralisis,
kelemahan otot, dan kesadaran menurun memudahkan terjadinya injuri/ gangguan
integritas kulit.
5. Gangguan
persepsi sensori
Kerusakan sensori akan mempengaruhi adaptasi
terhadap rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penciuman dan penglihatan.
Macam-mcam
bahaya/kcelakaan
1. Di
rumah
1. Tersedak
2. Jatuh
3. Tertelan alat-alat rumah tangga
4. Tersiram air panas
5. Jatuh dari jendela/tangga
1. Tersedak
2. Jatuh
3. Tertelan alat-alat rumah tangga
4. Tersiram air panas
5. Jatuh dari jendela/tangga
2. Di
rumah sakit
1. Mikroorganisme
2. Cahaya
3. Kebisingan
4. Temperatur
5. Kelembapan
1. Mikroorganisme
2. Cahaya
3. Kebisingan
4. Temperatur
5. Kelembapan
2. Kebutuhan
Dicintai dan Disayangi
Setelah
kebutuhan dasar dan rasa aman relatif dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk
dimiliki dan dicintai (belongingness
and love needs). Setiap orang ingin mempunyai hubungan yang hangat dan
akrab, bahkan mesra dengan orang lain. Ia ingin mencintai dan dicintai. Setiap
orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin
mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya "akar" dalam masyarakat.
Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga,
sebuah kampung,
suatu marga.
Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan
orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya pengangguran yang
tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang
bersangkutan.
3. Kebutuhan
Harga Diri
Di sisi lain,
jika kebutuhan tingkat tiga relatif sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan
harga diri (esteem needs). Ada
dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah
kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri dan
kemandirian. Sedangkan yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang
lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggaan, dianggap penting dan apresiasi
dari orang lain. Orang-orang yangterpenuhi kebutuhannya akan harga
diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak tergantung pada orang
lain dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan
yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self
actualization).
4. Kebutuhan Aktualisasi
Diri
Kebutuhan ini
merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara
hirarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan
tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan,
putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri
sendiri, kehilangan selera dan sebagainya
1.4 ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Perawat
melakukan pengkajian untuk mengidentifikasi klien yang beresiko tinggi atau
yang memperlihatkan adanya tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Pelaksanaan pengkajian keperawatan sangat penting. Pengkajian
cairan dan elektrolit membantu perawat dalam mengantisipasi kebutuhan klien
akan suatu asuhan keperawatan. Salah satu fungsi pengkajian keperawatan yang paling penting
adalah untuk mengidentifikasi factor-faktor resiko terjadinya ketidakseimbangan
cairan elektrolit. Factor resiko tersebut antara lain : usia, penyakit kronik, trauma, trapi, dan
kehilangan cairan melalui saluran gastro infestinal.
2. Riwayat Keperawatan
Pengkajian
keperawatan pada masalah kebutuhan cairan dan elektrolit meliputi jumlah asupan
cairan yang dapat diukur melalui jumlah pemasukan secara oral, parenteral, atau
enteral. Jumlah pengeluaran dapat diukur melalui jumlah produksi urin, feses,
muntah, atau pengeluaran lainnya, status kehilangan/kelebihan cairan, dan
perubahan berat badan yangt dapat menentukan tingkat dehidrasi.
Berikut
adalah komponen-komponen yang terdapat dalam riwayat keperawatan :
1.
Pembedahan
Prosedur pembedahan menyebabkan perubahan keseimbangan
cairan pada hari kedua sampai kelima. Setelah pembedahan karna respon tubuh
terhadap trauma pembedahan. Semakin luas pembedahan semakin besar respon tubuh.
2.
Luka
Bakar
Semakin
luas permukaan tubuh yang terbakar, semakin besar kehilangan cairan.
3.
Gangguan
Kardiovaskular
Kegagalan
jantung membuat penurunan curah jantung. Akibatnya, perfusi ginjal menurun dan
haluan urin berkurang.
4.
Gangguan
Pernafasan
Banyak
gangguan pernafasan yang menjadi factor bagi klien untuk mengalami asidosis
respiratorik. Misalnya, perubahan yang terkait peneumonia, kelebihan sendative,
dan penyakit paru, obstruktif, menahun, akan mengganggu eliminasi karbon
dioksida.
3.
Diagnosa
Keperawatan
1.
Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan :
1.
Pengeluaran
urin secara berlebihan akibat penyakit diabetes militus atau pengeluaran
lainnya.
2.
Peningkatan
permeabilitas kapiler dan hilangnya evaporasi pada pasien luka bakar atau
meningkatnya kecepatan metabolism.
3.
Pengeluaran
cairan secara berlebihan.
4.
Asupan
cairan yang tidak adekuat.
5.
Pendarahan.
2.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan :
1.
Penurunan
mekanisme regulator akibat kelainan pada ginjal.
2.
Penuruna
curah jantung akibat penyakit jantung.
3.
Gangguan
aliran balik vena akibat penyakit vascular perifer atau thrombus.
4. Perencanaan keperawatan
Tujuan :Mempertahankan volume cairan dalam
keadaan seimbang
Rencana Tindakan :
1.
Monitor
jumlah asupan dan pengeluaran cairan serta perubahan status keseimbangan cairan.
2.
Pertahankan
keseimbangan cairan bila kekurangan cairan, hal yang harus dilakukan adalah :
1.
Rehidari
oral atau parental sesuai dengan kebutuhan.
2.
Monitor
kadar elektrolit darah.
3.
Lakukan
mobilitas melalui pengaturan posisi.
4.
Anjurkan
cara mempertahankan keseimbangan cairan.
5. Pelaksanaan
Upaya
mencegah ketidakseimbangan cairan elektrolit dan asam-asam adalah penting.
Apabila terjadi ketidak seimbangan, maka perawat melakukan upaya untuk
menghilangkan ketidakseimbanra cairan dan elektrogan tersebut. Hal ini
bertujuan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan antara cairan dan elektrolit.
1.
Pengganti
cairan secara enteral
Pencairan
cairan secara enteral dapat dilakukan secara rute oral dan selang pemberi
makan. Secara oral dapat dilakukan selama klien tidak muntah, tidak mengalami
kehilangan cairan dalam jumlah yang besar atau tidak mengalami obstruksi
mekanis dalam cairan gastrointestinal, kecuali dikontra indikasikan. Klien tidak
dapat menelan makanan yang padat tetapi dapat menelan cairan. Pemberian oral
dapat dilakukan pada pasien yang mengalami penyakit ringan seperti diare,
saluran pernafasan, dan demam.
Pemberian
cairan dapat dilakukan dengan menggunakan selang makan seperti selang
nasogastrik, atau jejunostomi. Ini dilakukan pada pasien yang menngalami
gangguan pada saluran gastrointestinal yang tidakmampu menelan cairan.
2.
Penggantian
cairan dan elektrolit secara parenteral
Penggantian
cairan dan elektrolit secara parenteral dapat dilakukian melalui cairan infuse
yang diberikan secara langsung kedalam darah bukan asupan melalui system cerna.
Penggantian parenteral meliputi pemberian nutrisi parenteral total (NPT),
terapi cairan dan elektrolit intravena serta penggantian darah.
NTP
merupakan nutrisi dalam bentuk laruttan hipertonik yang adekuat terdiri dari
glukosa dan nutrient serta elektrolit yang diberikan melalui kateter intravena
sentral atau kateter intravena tetap.
Terapi
intravena (IV), tujuan pemberian cairan IV adalah untuk mengoreksi atau
mencegah gangguan cairan dan elektrolit. Tipe larutan yaitu isotonic,
hipotonik, dan hipertonik. Isotonic adalah larutan yang osmoralitasnya
mendekati mosmoralitas plasma, cairan ini digunakan untuk penggantian volume
eksternal sel misalnya kelebihan volume cairan setelah muntah yang berlangsung
lama. Hipotonik adlah larutan yang osmolaritasnya kurang dariosmolaritas
palasma. Hipertonik adalah larutan yang osmolaritasnya lebih besar dari
osmolaritas plasma. Hipotonik dan hipertonik digunakan atas dasar
ketidakseimbangan elektrolit yang spesifik.
6. Evaluasi
Evaluasi
terhadap gangguan kebutuhan cairan, elektrolit danasam-asam secara umum dapat
dinilai dari adanya kemampuan dalam mempertahankan keseimbangan cairan,
elektrolit dan asam-basa dengan ditunjukkan oleh adanya keseimbangan antara
jumlah asupan dan pengeluaran, nilai elektrolit dalam batas normal, berat badan
sesuai dengan tinggi badan atu tidak ada penurunan, turgor kulit baik, dan
tidak terjadi edema.
BAB III
KESIMPILAN
Hirarki
kebutuhan dasar manusia adalah teori yang dapat digunakan perawat untuk
memenuhi hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan,
dan paling dasar meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan keamanan,
kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga dan harga diri dan
aktualitas diri.
Seseorang yang seluruh kebutuhannya
terpenuhi merupakan orang yang sehat, dan seseorang dengan satu atau lebih
kebutuhan yang tidak terpenuhi merupakan yang beresiko untuk sakit atau mungkin
tidak sehat pada satu atau lebih dimensi manusia.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Potter
dan Perry, 1999, Fundamental keperawatan edisi : 4 vol : 1, Jakarta : Buku
Kedokteran (EGC).
2.
A.
Aziz Alimul Hidayat, S.Kp dan Uliyah Musrifatul, S.Kp, 2002, Kebutuhan Dasar
Manusia, Jakarta : Buku Kedokteran (EGC).
3.
Tarwoto dan Wartonah, 2004, Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses Keperawatan edisi : 3, Jakarta : Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment