BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Scabies adalah penyakit zoonisis yang menyerang kulit dan mudah menular dari
manusia ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Sascoptes Scabei varian
homunis (Harapah, 2000). Orang Jawa sering menyebut penyakit itu sebagai gudig.
Saat ini badan dunia menganggap penyakit Skabies sebagai pengganggu dan
perusak kesehatan, yang tidak dapat dianggap lagi hanya sekedar penyakitnya
orang miskin karena penyakit Skabies masa kini telah merebak menjadi penyakit
kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial (Agoes, 2000).
Penyakit ini telah hampir ditemukan diseluruh negara dunia dengan angka
prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya
berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak
dan remaja (Sungkar, 1997). Namun
penyakit ini dapat mengenai semua kalangan usia.
Di Indonesia penyakit Skabies yang hampir teratasi, ini cenderung mulai
bangkit dan merebak kembali. Menurut Departemen Kesehatan RI prevaksi Skabies
di Indonesia sebesar 4,60 – 12,95% dan skabies menduduki urutan ke 3 dari 12
penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005).
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit Skabies adalah sanitasi
yang buruk, pada lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, usaha
penyehatan lingkungan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang
mungkin dapat menimbulkan penyakit dan sanitasi merupakan faktor utama yang
harus diperhatikan (Mukono, 2006).
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apakah penyakit skabies itu
2.
Apa etiologi penyakit skabies
3.
Berapa lama masa inkubasi dan diagnosis penyakit
4.
Bagaimana cara penularan, pencegahan dan penanggulangan
penyakit skabies itu
1.3. Tujuan
Mengetahui tentang penyakit skabies
Mengetahui apa penyebab skabies
Menentukan lama inkubasi dan diagnosis penyakit
skabies
Mengetahui cara penularan – pencegahan atau
penanggulangan penyakit skabies.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite)
Sarcoptes Scabei. Yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Penetrasi pada
kulit terlihat jelas berbentuk papuja, vesikula atau berupa saluran kecil
berjejer, berisi kutu dan telurnya. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya
bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies
sering disebut sebagai kutu badan.
Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia dari hewan ke
manusia atau sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau
melalui sentuhan langsung pada penderita maupun secara tidak langsung melalui
baju, sprei, handuk, bantal, air atau sisir yang pernah dipergunakan penderita
dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcopternya.
Skabies menyebabkan rasa gatal, lesi
banyak ditemukan di sela-sela jari disekitar pergelangan tangan dan siku serta
ketiak, pinggang, paha, dan daerah perut. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan
yang kurang terjaga sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan
terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit
kulit skabies menular sangat cepat suatu komunitas yang tinggal bersama
sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh
pada semua orang dan lingkungan yang terserang skabies.
2.2. Etiologi
Sarcoptes Skabie termasuk filum Artropoda kelas Urachnida. Pada manusia
disebut Sarcopter Scabies hominis. Secara morfologis merupakan tungau kecil berbentuk
oval, pungggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transent warna
putih, kotor, dan tidak bermata. Ukuran tungau scabies 0,4 x 0,3 mm pada jantan
dan 0,2 x 0,5 pada betina. Selain tungau skabies dapat juga disebabkan melalui
kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini.
2.3. Masa Inkubasi dan Diagnosis
2.3.1. Masa Inkubasi
Masa inkubasi berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada
orang sebelumnya belum pernah terpajan – orang yang sebelumnya pernah menderita
skabies maka gejala atau muncul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
2.3.2. Diagnosis
Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat setidaknya dua
dari 4 tanda Kardenial skabies yaitu :
1.
Prusitus nakturna, yaitu gatal pada malam hari yang
disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan
panas.
2.
Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya
dalam sebuah keluarga biasanya semua anggota keluarga akan terkena infeksi
skabies begitu pula dengan sebuah perkampungan yang padat penduduknya.
3.
Adanya terowongan dan tempat-tempat prediksi yang
berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk lurus atau berkelok-kelok, rata-rata
panjang 1 cm, dan pada ujung terowongan itu ditemukan pupul atau vesikel,
tempat prediksinya adalah tempat-tempat dengan stratum korneum yang tipis
seperti jari-jari tungau, pergelangan tangan bagian polar, gentalia pria dan
perut bagian bawah.
4.
Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik
dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.
2.4. Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak
langsung. Yang paling penting sering adalah kontak langsung yang saling
bersentuhan atau melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian.
Bahkan penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita
dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa skabies dapat
ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama
(Brown, 2999).
2.5. Pencegahan dan Penanggulangan
2.5.1. Pengobatan Skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan
air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diklhoro Diphenyl Trichlor roeten).
Pengobatan lain dengan mengolesi salep yang mempunyai daya nutricid baik dari
zat kimia organik maupun non organik. Pada bagian kulit yang terasa gatal dan
kemerahan. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena
kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan anti parasit.
Pengobatan skabies juga harus dilakukan secara serentak pada daerah yang
terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007).
Selain itu obat tradisional juga berkhasiat dalam pengobatan penyakit skabies,
misalnya khasiat obat tanaman permot yang terserang skabies. Tanaman ini mampu mematikan
tungau skabies.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara menjaga kebersihan untuk
membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara
terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai secara
bersamaan, dll). Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ruangan jangan
terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri
anggota keluarga dengan baik.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Epidmiologi Skabies
3.1.1. Distribusi Penyakit
Penyebaran/distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada
pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan
tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut ciri-ciri manusia
(person), tempat (place), dan waktu (time).
Orang (person)
Penyakit skabies ini dapat menyerang semua orang. Khususnya pada bayi
akan lebih rentan terkena penyakit ini. Penyakit ini biasa diderita pada
pemukiman yang padat penduduk dan menyerang secara berkelompok.
Tempat (place)
Skabies ditemukan disemua negara di seluruh dunia dengan prevansi yang
bervariasi. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies
sekitar 6% - 27% populasi dan cenderung pada anak-anak dan remaja.
Pada tahun 1975 terjadi wabah
skabies di perkampungan Indian di kepulauan Sun bias, Panawa. Penduduk di
daerah tersebut hidup dalam lingkungan yang padat dengan jumlah penghuni tiap
rumah 13 orang atau lebih. Pada survei pertama didapatkan prevaleasi skabies
28%. Suatu kelompok sedangkan kelompok lain 42%. Dua tahun kemudian dilakukan
survei pada pulau Ban lebih besar yang berpenduduk 2000 orang. Pada survei
tersebut ditemukan 90% penduduk menderita skabies.
Skabies ini merupakan penyakit
endemik yang dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Misalnya
penyebaran skabies di negara AS dan Eropa yang terjadi tanpa melihat faktor
usia, ras, jenis kelamin, atau status kesehatan dan ekonomi seseorang.
Insiden skabies di negara berkembang
seperti Indonesia
menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan.
Waktu (time)
Scabies berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang
yang sebenarnya belum pernah terpajan scabies. Orang yang sebelumnya pernah
menderita scabies maka gejala akan munsul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
3.1.2. Frekwensi Penyakit
Penyakit scabies merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh
tungu (mute). Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada semua usia, baik
anak-anak, remaja dan orang tua dan khususnya pada bayi juga sering terjadi.
Penyakit ini biasa banyak diderita pada penghuni penduduk yang padat.
3.1.3. Determinan
Agent
Scabies disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang termasuk kelas arachmida,
sejenis tungau yang berukuran kecil yang bersifat mikroskopis.
Host
* Menurut umur dan jenis kelamin
Penyakit ini menyerang semua kalangan usia dan bisa terjadi pada siapapun
baik laki-laki maupun perempuan.
Faktor lingkungan
Kegiatan wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena
biasanya penyakit ini apabila sanitasi lingkungan yang ditempati kurang bersih
maka akan mudah terpapar oleh penyakit skabeis.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Scabie adalah penyakit kulit yang mudah menular disebabkan oleh Sarcaptes
Scabiei. Tungau ini berbentuk bundar dan memiliki 4 pasang kaki. Sarcoptes
betina ini akan membentuk terowongan pada lapisan kulit stratum dan bertelur.
Dalam waktu singkat telur tersebut akan
menetes menjadi hypoi yang akan memakan sel-sel di lapisan kulit. Sehingga
penderita merasa gatal dan menggaruk kulitnya dan terjadi infeksi ektoparasit.
Adapun gejala-gejala yang
dirasakan oleh penderita yaitu gejala yang hebat terutama pada malam hari dan
munculnya gelembung air pada kulit. Penularan penyakit ini melalui kontak
langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai
penderita, mis : baju, handuk, sprei, kasur, dll.
Cara penyembuhan penyakit ini
dengan cara pengobatan baik obat-obat di resep oleh dokter seperti obat topikal
(salep) yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi skabies. Sedangkan penyakit
ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dengan mandi
menggunakan sabun, membersihkan tempat tidur, handuk, pakaian dan segala yang
sudah dipakai dicuci dengan air panas. Dan menjaga lingkungan agar tetap bersih
dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan terkena sinar matahari.