Wednesday, January 8, 2014

skabies, epidemiologi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Scabies adalah penyakit zoonisis yang menyerang kulit dan mudah menular dari manusia ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Sascoptes Scabei varian homunis (Harapah, 2000). Orang Jawa sering menyebut penyakit itu sebagai gudig.
Saat ini badan dunia menganggap penyakit Skabies sebagai pengganggu dan perusak kesehatan, yang tidak dapat dianggap lagi hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit Skabies masa kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial (Agoes, 2000).
Penyakit ini telah hampir ditemukan diseluruh negara dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997).  Namun penyakit ini dapat mengenai semua kalangan usia.
Di Indonesia penyakit Skabies yang hampir teratasi, ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Menurut Departemen Kesehatan RI prevaksi Skabies di Indonesia sebesar 4,60 – 12,95% dan skabies menduduki urutan ke 3 dari 12 penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005).
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit Skabies adalah sanitasi yang buruk, pada lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, usaha penyehatan lingkungan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang mungkin dapat menimbulkan penyakit dan sanitasi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan (Mukono, 2006).

1.2.    Rumusan Masalah
1.      Apakah penyakit skabies itu
2.      Apa etiologi penyakit skabies
3.      Berapa lama masa inkubasi dan diagnosis penyakit
4.      Bagaimana cara penularan, pencegahan dan penanggulangan penyakit skabies itu

1.3.    Tujuan
­   Mengetahui tentang penyakit skabies
­   Mengetahui apa penyebab skabies
­   Menentukan lama inkubasi dan diagnosis penyakit skabies
­   Mengetahui cara penularan – pencegahan atau penanggulangan penyakit skabies.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes Scabei. Yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk papuja, vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut sebagai kutu badan.
Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung pada penderita maupun secara tidak langsung melalui baju, sprei, handuk, bantal, air atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcopternya.
            Skabies menyebabkan rasa gatal, lesi banyak ditemukan di sela-sela jari disekitar pergelangan tangan dan siku serta ketiak, pinggang, paha, dan daerah perut. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit skabies menular sangat cepat suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan yang terserang skabies.

2.2.    Etiologi
Sarcoptes Skabie termasuk filum Artropoda kelas Urachnida. Pada manusia disebut Sarcopter Scabies hominis. Secara morfologis merupakan tungau kecil berbentuk oval, pungggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transent warna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukuran tungau scabies 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan 0,2 x 0,5 pada betina. Selain tungau skabies dapat juga disebabkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini.
2.3.    Masa Inkubasi dan Diagnosis
2.3.1.      Masa Inkubasi
Masa inkubasi berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang sebelumnya belum pernah terpajan – orang yang sebelumnya pernah menderita skabies maka gejala atau muncul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
2.3.2.      Diagnosis
Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat setidaknya dua dari 4 tanda Kardenial skabies yaitu :
1.      Prusitus nakturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2.      Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya semua anggota keluarga akan terkena infeksi skabies begitu pula dengan sebuah perkampungan yang padat penduduknya.
3.      Adanya terowongan dan tempat-tempat prediksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, dan pada ujung terowongan itu ditemukan pupul atau vesikel, tempat prediksinya adalah tempat-tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari-jari tungau, pergelangan tangan bagian polar, gentalia pria dan perut bagian bawah.
4.      Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.4.    Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Yang paling penting sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 2999).


2.5.    Pencegahan dan Penanggulangan
2.5.1.      Pengobatan Skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diklhoro Diphenyl Trichlor roeten). Pengobatan lain dengan mengolesi salep yang mempunyai daya nutricid baik dari zat kimia organik maupun non organik. Pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan anti parasit.
Pengobatan skabies juga harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007). Selain itu obat tradisional juga berkhasiat dalam pengobatan penyakit skabies, misalnya khasiat obat tanaman permot yang terserang skabies. Tanaman ini mampu mematikan tungau skabies.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai secara bersamaan, dll). Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.













BAB III
PEMBAHASAN

3.1.    Epidmiologi Skabies
3.1.1.      Distribusi Penyakit
Penyebaran/distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut ciri-ciri manusia (person), tempat (place), dan waktu (time).
­   Orang (person)
Penyakit skabies ini dapat menyerang semua orang. Khususnya pada bayi akan lebih rentan terkena penyakit ini. Penyakit ini biasa diderita pada pemukiman yang padat penduduk dan menyerang secara berkelompok.
­   Tempat (place)
Skabies ditemukan disemua negara di seluruh dunia dengan prevansi yang bervariasi. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi dan cenderung pada anak-anak dan remaja.
            Pada tahun 1975 terjadi wabah skabies di perkampungan Indian di kepulauan Sun bias, Panawa. Penduduk di daerah tersebut hidup dalam lingkungan yang padat dengan jumlah penghuni tiap rumah 13 orang atau lebih. Pada survei pertama didapatkan prevaleasi skabies 28%. Suatu kelompok sedangkan kelompok lain 42%. Dua tahun kemudian dilakukan survei pada pulau Ban lebih besar yang berpenduduk 2000 orang. Pada survei tersebut ditemukan 90% penduduk menderita skabies.
            Skabies ini merupakan penyakit endemik yang dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Misalnya penyebaran skabies di negara AS dan Eropa yang terjadi tanpa melihat faktor usia, ras, jenis kelamin, atau status kesehatan dan ekonomi seseorang.
            Insiden skabies di negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan.


­   Waktu (time)
Scabies berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang yang sebenarnya belum pernah terpajan scabies. Orang yang sebelumnya pernah menderita scabies maka gejala akan munsul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
3.1.2.      Frekwensi Penyakit
Penyakit scabies merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh tungu (mute). Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada semua usia, baik anak-anak, remaja dan orang tua dan khususnya pada bayi juga sering terjadi. Penyakit ini biasa banyak diderita pada penghuni penduduk yang padat.
3.1.3.      Determinan
­   Agent
Scabies disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang termasuk kelas arachmida, sejenis tungau yang berukuran kecil yang bersifat mikroskopis.
­   Host
*  Menurut umur dan jenis kelamin
Penyakit ini menyerang semua kalangan usia dan bisa terjadi pada siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
­   Faktor lingkungan
Kegiatan wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena biasanya penyakit ini apabila sanitasi lingkungan yang ditempati kurang bersih maka akan mudah terpapar oleh penyakit skabeis.









BAB IV
PENUTUP

            Kesimpulan
Scabie adalah penyakit kulit yang mudah menular disebabkan oleh Sarcaptes Scabiei. Tungau ini berbentuk bundar dan memiliki 4 pasang kaki. Sarcoptes betina ini akan membentuk terowongan pada lapisan kulit stratum dan bertelur. Dalam waktu singkat  telur tersebut akan menetes menjadi hypoi yang akan memakan sel-sel di lapisan kulit. Sehingga penderita merasa gatal dan menggaruk kulitnya dan terjadi infeksi ektoparasit.
   Adapun gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yaitu gejala yang hebat terutama pada malam hari dan munculnya gelembung air pada kulit. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, mis : baju, handuk, sprei, kasur, dll.
   Cara penyembuhan penyakit ini dengan cara pengobatan baik obat-obat di resep oleh dokter seperti obat topikal (salep) yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi skabies. Sedangkan penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dengan mandi menggunakan sabun, membersihkan tempat tidur, handuk, pakaian dan segala yang sudah dipakai dicuci dengan air panas. Dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan terkena sinar matahari.

terapi oksigen



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur  vital dalam proses metabolism untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas.
Penyampaian kejaringan tubuh ditentukan oleh interaksi system respirasi, kardiovaskuler dan keadaan hematologis.
Adanya kekurangan   ditandai dengan keadaan hipoksia, yang dalam proses lanjut dapat menyebabkan kematian jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Klien dalam situasi demikian mengharapkan kompetensi perawat dalam mengenal keadaan hipoksemia dengan segera untuk mengatasi masalah . 
Proses respirasi merupakan proses pertukaran gas yang masuk dan keluar melalui kerjasama dengan sistem kardiovaskuler dan kondisi hematologis.
Oksigen di atmosfir mengandung konsentrasi sebesar 20,9 % akan masuk ke alveoli melalui mekanisme ventilasi kemudian terjadi proses pertukaran gas yang disebut proses difusi. Difusi adalah suatu perpindahan/ peralihan O2 dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dimana konsentrasi O2 yang tinggi di alveoli akan beralih ke kapiler paru dan selanjutnya didistribusikan lewat darah dalam 2 (dua) bentuk yaitu : (1) 1,34 ml O2 terikat dengan 1 gram Hemoglobin (Hb) dengan persentasi kejenuhan yang disebut dengan “Saturasi O2” (SaO2), (2) 0,003 ml O2 terlarut dalam 100 ml plasma pada tekanan parsial O2 di arteri (PaO2) 1 mmHg.






B.     Tujuan
1.      Memahami pengertian dan tujuan dari pemberian terapi oksigen
2.      Mengetahui indikasi pemberian terapi oksigen 
3.      Mengetahui syarat-syarat pemberian oksigen
4.      Mengetahui indikasi penberian oksigen
5.      Mengetahui metode-metode pemberian terapi oksigen
6.      Mengetahui bahaya pemberian oksigen.








BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian
Terapi oksigen merupakan Salah satu dari terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat adalah terapi oksigen (O2).
Terapi oksigen merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan termasuk keperawatan terhadap adanya gangguan pemenuhan oksigen pada klien. Pengetahuan perawat yang memadai terhadap proses respirasi dan indikasi serta metode pemberian oksigen merupakan bekal bagi perawat agar asuhan yang diberikan tepat guna dengan resiko seminimal mungkin.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang dapat untuk berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut.
Oksigen sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.

B.     Tujuan pemberian terapi oksigen
1.      Untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai dengan hasil Analisa Gas Darah.
2.      Untuk menurunkan kerja nafas dan menurunkan kerja miokard.

C.    Syarat-syarat pemberian oksigen  
1.      Dapat mengontrol konsentrasi oksigen udara inspirasi.
2.      Tahanan jalan nafas yang rendah.
3.      Tidak terjadi penumpukan CO2.
4.      Efisien.
5.      Nyaman untuk pasien.
Dalam pemberian terapi oksigen perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami humidfikasi sedangkan oksigen yang diperoleh dari sumber oksigen (tabung O2) merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

D.       Indikasi pemberian oksigen
Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan jaringan O2 yang diikuti gangguan metabolism dan sebagai bentuk hipoksemia, secara umum pada :
1.      Kadar oksigen arteri (PaO2) menurun
2.      Kerja pernapasan meningkat ( laju napas meningkat, pernapasan dalam, bernapas dengan otot tambahan
3.      Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Berdasarkan indikasi tersebut maka terapi pemberian oksigen diindikasikan pada klien dengan gejala :
1.     henti jantung paru
2.     gagal napas
3.  sianosis
4.    Hipovolemia.
5.     Perdarahan.
6.     Anemia berat.
7.      Keracunan gas karbondioksida.
8.     Asidosis.
9.      syok
10. meningkatnya kebutuhan O2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma)
11. pasca operasi,dll

E.     Metode pemberian oksigen.
Metode dan peralatan minimal yang harus diperhatikan pada terapi O2:
·         Mengatur % fraksi O2
·         Mencegah akumulasi kelebihan CO2
·         Resistensi minimal untuk pernapasan
·         Efisiensi dan ekonomis dalam penggunaan O2
·         Diterima pasien paO2 kurang dari 60 mmHg




Perkiraan konsentrasi oksigen pada alat masker semi rigid
Kecepatan aliran O2
% fraksi O2 (fiO2)yang pasti
  4   l/menit
0,35
  6   l/menit
0,50
  8   l/menit
0,55
10   l/menit
0,60
12   l/ menit
0,64
15   l/menit
0,70

Pemberian terapi oksigen dibagi menjadi 2 tehnik yaitu :
1.      Sistem aliran rendah.
Sistem aliran rendah diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan, menghasilkan FiO2 yang bervariasi tergantung pada tipe pernafasan dengan patokan volume tidal klien. Ditujukan untuk klien yang memerlukan oksigen, namun masih mampu bernafas dengan pola pernafasan normal, misalnya klien dengan Volume Tidal 500 ml dengan kecepatan pernafasan 16 – 20 kali permenit.
Contoh system aliran rendah yaitu :
a.                  Keteter Nasal
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTW2CbtCmvk8_GYBoYvM5Fne3GKOcGFzs0rEfWtgv8ucoBRvHB0qw
Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen secara kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.
§  Kentungan
Pemberian oksigen stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara, murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.  


§  Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen yang lebih dari 45%, tehnik memasukan kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari 6 liter/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung, serta kateter mudah tersumbat.
b.                  Kanul nasal
 ~MAX7879

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal.
§  Keuntungan.
Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, klien bebas makan, bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan terasa nyaman.
§  Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas karena kedalaman kanul hanya 1 cm, dapat mengiritasi selaput lendir, pengeringan mukosa hidung,epistaksis
c.                   Sungkup muka sederhana.
~MAX4325
Merupakan alat pemberian oksigen kontinu atau selang seling 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
§  Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol.
§  Kerugian.
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%, dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah, empisema subkutan kedalam jaringan mata pada aliran O2 tinggi dan nekrose apabila sungkup muka dipasang terlalu ketat.

d.      Sungkup muka dengan kantong Rebreathing.
Suatu teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi yaitu 60 – 80% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt .
§  Keuntungan.
Konsentrasi oksigen lebih tinggi dari sungkup muka sederhana, tidak mengeringkan selaput lendir .
§  Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.

e.       Sungkup Muka dengan Kantong Non Rebreathing.
http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR9zeACbWbC7O_8B1lwUNodSrDEMcHTxYjuif6SMqKyIbeEqQ1bYw
Teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi oksigen mencapai 99% dengan aliran 8 – 12 liter/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur dengan udara ekspirasi.
§  Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diperoleh dapat mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir.
§  Kerugian.
Kantong oksigen bisa terlipat.

2.      System aliran tinggi.
Teknik pemberian oksigen dimana FiO2 lebih stabil dan tidak dipengaruhi oleh tipe pernafasan, sehingga dengan tehnik ini dapat menambahkan konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan teratur. Contoh tehnik sistem aliran tinggi adalah
A.    sungkup muka dengan ventury.
~MAX4000
Prinsip pemberian O2 dengan alat ini yaitu gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian akan dihimpit untuk mengatur suplai ooksigen sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang dihasilkan lebih banyak. Aliran udara pada alat ini sekitas 4 – 14 liter/mnt dengan konsentrasi 30 – 55%.
§  Keuntungan.
Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2, suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol serta tidak terjadi penumpukan CO2.
§  Kerugian.
Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah, jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2, kantong oksigen bisa terlipat.



B.     Sungkup muka aerosol ( ambu bag)
http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTbAG6JtnbO5pag769ZKyWYKmq4b85cN31yqB7L2mIu84LwcPII6A
Oksigen yang dialirkan lebih 10 l/menit menghasilkan konsentrasi O2 yang 100%. Gunanya untuk memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2. Bahayanya : penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrosis karena pemasangan sungkup yang ketat.

F.     Bahaya pemberian oksigen
Pemberian oksigen bukan hanya memberikan efek terapi tetapi juga dapat menimbulkan efek merugikan, antara lain :
§  Kebakaran.
Oksigen bukan zat pembakar tetapi dapat memudahkan terjadinya kebakaran, oleh karena itu klein dengan terapi pemberian oksigen harus menghindari : Merokok, membuka alat listrik dalam area sumber oksigen, menghindari penggunaan listrik tanpa “Ground”.
§  Depresi ventilasi.
Pemberian oksigen yang tidak dimonitor dengan konsentrasi dan aliran yang tepat pada klien dengan retensi CO2 dapat menekan ventilasi.
§  Keracunan oksigen.
Dapat terjadi bila terapi oksigen yang diberikan dengan konsentrasi tinggi dalam waktu relatif lama. Keadaan ini dapat merusak struktur jaringan paru seperti atelektasis dan kerusakan surfaktan. Akibatnya proses difusi di paru akan terganggu.



G.        Bahaya terapi Oksigen
            Keracunan O2 > pada pemberian jangka lama dan berlebihan dapat dihindari dengan pemantauan AGD dan Oksimetri.      
1.       Nekrose CO2 (pemberian dengan fiO2 ang tinggi) misal pada kronik bronkitis, depresi pernapasan beratdengan penurunan kesadaran .jika terapi oksigen dikhawatirkan merusak CO2, terapi O2 diturunkan perlahan-lahan
2.      Toxcias paru, pada pemberian fiO2 tinggi terjadi penurunan secara progresif compliance paru karena perdarahan intertisial dan oedema pada intra alviolar
3.      Retrorental gibriplasias,pemberian dengan fiO2 yang tinggi pada bayi premature BB < 1200 gr menyebabkan kebutaan.
4.      Barotrauma (ruptur alveoli dengan emfisema intersitial dan mediastinum jika diberikan O2 langsung pada jalan napas)




















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen sebagai intervensi medis, yang dapat untuk berbagai tujuan di kedua perawatan pasien kronis dan akut.
Oksigen sangat penting untuk metabolisme sel, dan pada gilirannya, oksigenasi jaringan sangat penting untuk semua fungsi fisiologis normal.
Ruang udara hanya berisi 21% oksigen, dan meningkatkan fraksi oksigen dalam gas pernapasan meningkatkan jumlah oksigen dalam darah.
Hal ini sering hanya diperlukan untuk meningkatkan fraksi oksigen dikirim ke 30-35% dan ini dilakukan dengan menggunakan kanula hidung.
Ketika 100% oksigen yang dibutuhkan, itu mungkin dikirimkan melalui masker wajah yang ketat, atau dengan memasok oksigen 100% untuk inkubator dalam kasus bayi.
Darah tinggi dan kadar oksigen jaringan dapat membantu atau merusak, tergantung pada keadaan dan terapi oksigen harus digunakan untuk menguntungkan pasien dengan meningkatkan pasokan oksigen ke paru-paru dan dengan demikian meningkatkan ketersediaan oksigen ke jaringan tubuh, terutama bila pasien menderita hipoksia dan / atau hipoksemia.












DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Buku Ajar Medikal Bedah, edisi bahasa Indonesia, vol. 8,            Jakarta, 2001
www. kedokteran.unsoed.ac.id/.../Genap20II
RSparujember.co.id/.../141-manfaat-terapi-oksigen


























KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha esa, yang telah memberikan kesehatan dan rahmat serta karunianya sehingga makalah saya dapat menyelesaikan makalh ang berjudul terapi oksgen
Saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.makah ini masih jauh dari kesempurnaan jadi, penulis mengharapkan saran pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat pada seluruh mahasiswa keperawatan yang telah mebacanya serta dapat mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kta semua..





                            
                                                                                       Medan, 18 April 2013

                                                                                                Penulis













 
 
DAFTAR ISI
                            
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I     PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A.     Latar Belakang .......................................................................... 1
B.     Tujuan ........................................................................................ 2
BAB II   PEMBAHASAN ........................................................................... 3
A.    Pengertian ................................................................................. 3
B.     Tujuan Pemberian Terapi Oksigen............................................. 3
C.     Syarat-Syarat Pemberian Oksigen............................................. 3
D.    Indikasi Pemberian Oksigen...................................................... 4
E.     Metode Pmberian Oksigen ....................................................... 4
F.      Bahaya Pemberian Oksigen....................................................... 9
G.    Bahaya Terapi Oksigen............................................................. 10
BAB II    KESIMPULAN ........................................................................... 11
                Kesimpulan..................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA















ii
 
 
MAKALAH GAWAT DARURAT
TERAPI OKSIGEN
D
I
S
U
S
U
N

O L E H :

LATIFAH  RITONGA
112500014


Fkep USU








FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

 
2013