Kata Pengantar
Puji
syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Pemberian Obat-obatan ”.
kami menyadari makalah ini dapat
terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan usaha penyusun sendiri tetapi
juga bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang
telah memberikan dukungan dan bekerja sama dalam pembuatan makalah ini, kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan secara moral, material, spiritual
serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.
Kami juga menyadari dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami
harapkan.
Akhir kata, harapan penyusun semoga
makalah ini dapat bermanfaat.
Daftar Isi
Kata
Pengantar.............................................................................................................. 1
Daftar
Isi........................................................................................................................ 2
Bab
1
Pendahuluan........................................................................................................ 3
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………………………………………… 3
1.2
Tujuan…………………….………………………………………………………………………………………..
3
Bab 2 Pembahasan…….................................................................................................. 4
2.1 Standart
Obat…………………………………………………………………………………………………
4
2.2 Enam Prinsip Benar
dalam Pemberian Obat…………………………………………………… 4
2.3 Cara Penyimpanan Obat…………………………………………………………………………………. 6
2.4 Kesalahan Pemberian Obat………………………………………………………………………………………… 6
2.5 Cara Pemberian Obat………………………………………………………………………………………
7
2.6 Hak Klien dalam Pemberian Obat........................................................................
8
2.7 Faktor yang mempengaruhi reaksi obat……………………………………….....................
9
2.8 Sifat dan
Kerja obat………………………………………………………………………………………… 9
2.9 Peran Perawat dalam Pemberian Obat…………………………………………………………… 10
Bab 3
Kesimpulan.............................................................................................................. 11
Daftar
Pustaka.................................................................................................................... 12
Bab
1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting perawat adalah memberi obat yang aman dan
akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati
klien yang memiliki masalah . Obat bekerja
menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien
dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping serius atau
berpotensi menimbulkan yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak
sesuai anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat
dan efek samping yang di timbulkan oleh obat yang telah di berikan, memberikan
obat dengan tepat, memantau respon klien dan membantu klien untuk menggunakan
dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas salah satu rute
pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara PARENTERAL, memberikan obat
pada pasien dengan menginjeksinya ke dalam tubuh.
1.2 Tujuan
·
menjelaskan pentingnya pemberian obat dalam
keperawatan
·
menjelaskan standart obat
·
menjelaskan reaksi obat
·
menjelaskan factor yang mempengaruhi reaksi obat
·
menjelaskan masalah dalam pemberian obat dan
intervensi keperawatan
·
menjelaskan cara pemberian obat
Bab
2
PEMBAHASAN
Obat adalah zat yang digunakan
dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit .
bentuk-bentuk obat antara lain; kapsul, pil, salep, sirup, dll.
2.1 Standart
Obat
Standar yang diterima masyarakat
harus Memenuhi kriteria tersebut.
- Kemurnian : Pabrik harus memenuhi standart kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat
- Potensi: Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan atau potensi obat
- Bioavailability: Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosis dan melarutkan, diabsorbsi dan diangkut tubuh ketempat kerjanya
- Kemanjuran : Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat
- Keamanan : Semua obat harus terus terevaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut
2.2 Prinsip Enam Benar
1.Benar Pasien
Sebelum obat
diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika
pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri
akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain
seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu
diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki
nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing
(baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker
untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali.
Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua
label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke
rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus
dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya,
perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk
apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi
obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi
dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa
obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya.
Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !!
karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1
vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan
teliti !
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat
diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian
rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan.
Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal,
inhalasi.
- Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
- Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
- Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
- Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
- Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.Benar Waktu
Ini sangat
penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau
mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan.
Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena
susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat
yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan
pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
1.
Jika hasil pengkajian menunjukkan
bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatn maka perawat harus membuat
perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada klien dan
keluarganya.
2.
Pada saat klien telah diberikan
informasi tentang mamfaat / fungsi dari pemberian obat yang dilakukan,maka
perawat segera membuat surat persetujuan tindakan medik (informedcontent) sebagai aspek
legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.
3.
Catat semua alat yang digunakan,
baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai pertanggungjawaban
adiministrasi pengobatan pada pihak R.S
Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat
Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat
4.
Catat kapan pemberian obat dan
obat oapa yang telah diberikan serta Catat perubahan yang dirasakan oleh pasien
setelah pemberian obat tersebut.
5.
Dokumentasi harus segera dilakukan
pada setiap pelaksanaan pemberian obat
6.
Pastikan kebenaran akan setiap
pencatatan yang dilakukan
7.
Mencatat nama perawat yang
melakukan penyuntuikan serta tanda tangan
2.3 Cara Penyimpanan Obat
Dalam menyimpan obat harus
diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
- Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
- Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
- Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.
2.4 Kesalahan Pemberian Obat
Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup
faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi
obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar
pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan
harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior
segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
Mengapa Pasien
Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
- Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
- Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
- Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
- Mahalnya harga obat.
- Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.
Terapi obat yang efektif dan aman
hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan serta
kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan
KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
- Nama obatnya.
- Kegunaan obat itu.
- Jumlah obat untuk dosis tunggal.
- Jumlah total kali minum obat.
- Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu)
- Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
- Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
- Rute pemberian obat.
- Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
- Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
- Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
- Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak
2.5 Cara Pemberian Obat
a. Pemberian
obat secara oral/di telan, istilah yang biasa di gunakan adalah oral,
bentuk sediaan obat untuk pemberian oral adalah syrup, puyer, kapsul, tablet,
kaplet, tablet, effervescent.
b. Pemberian
obat secara subligual/diletakkan di bawah lidah, namun istilah yang biasa
digunakan adalah sublingual, biasanya bentuk sediaan obat untuk pemberian
sublingual adalah tablet.
c. Pemberian
obat secara inhaler/dihirup, namun istilah yang biasa digunakan adalah
inhalasi, bentuk sediaan obat untuk pemberian inhalasi adalah larutan (metered
Dose Inhaler)bubuk.
d.
Pemberian obat secara rectal/ melalui anus,
namun istilah yang biasa digunakan Rektal, bentuk sediaan obatnya suppositoria
(padat) dan enema (larutan).
e.
Melalui Vagina, istilahnya Per
Vaginam,Bentuk sediaan obatnya Ovula(padat).
f.
Pemberian obat secara parenteral/ suntikan
(injeksi) Namun istilah yang paling biasa digunakan adalah parenteral, cara
pemberian obat secara parenteral dapat dilakukan dengan IM,IV,ID,SC Intra
Tekal, Inta Artikular. Bentuk sediaan obatnya adalah Vial,Ampul, dan botol
infuse.
g.
Pemberian obat secara topical/di berikan
setempat, bentuk sediaan obatnya adalah
salep,krim,jelly,tincture,tetes(drops),plester,tulle.
h.
Pemberian obat secara intrakutan, Prinsipnya
memsukkan obat kedalam jaringan kulit, Merupakan pemberian obat melalui
jaringan intrakutan ini dilakukan dibawah dermis, atau epidermis, secara umum
dilakukan pada daerah lengan dan bagian ventral.
i.
Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian
obat memalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jarinagn konektif atau
lemak di bawah dermis, Jenis obat yang lazim di berikan secara SC; Vaksin, Obat-obatan
pre operasi, Narkotik, Insulin , Heparin. Pemberian obat melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam
program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
j.
Pemberian obat secara intramuscular Merupakan
cara memasukkan obat kedalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan
absorpsi lebih cepat di bandingkan dengan subkutan. Lokasi penyuntikan dapat di
suntikan pada daerah paha ( Vastus
lateralis) , ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), Dorsogluteal ( posisi
tengkurap , atau lengan atas ( deltoid ),
daerah ini digunakan dalam penyuntikan di karenakan masa otot yang besar,
vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
k.
Cara pemberian obat melalui intervena yaitu memasukkan
cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat
langsung masuk kedalam system sirkulasi darah.
Tujuan :
1.
Memasukkan obat secara cepat
2.
Mempercepat penyerapan obat lokasi yang di gunakan
untuk penyuntikan :
a.
Pada lengan ( vena mediana cubiti/ vena cephalica)
b.
Pada tungkai (vena saphenosus)
c.
Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d.
Pada kepala ( vena Frontalis, atau vena temporalis)
khusus pada anak
2.6 Hak Klien dalam Pemberian Obat
1.
Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak
ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi (
Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan
untuk membuat suatu keputusan .
2. Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien
dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat
untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah –
langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika
suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat
yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika
pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian
insulin. Tindak lanjut juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil
pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin
Berdasarkan
hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan
fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan
terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien
diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam
pemberian obat.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi
Reaksi Obat
1.
Absorpsi obat.
Absorpsi
obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber kedalam tubuh mellalui aliran
darah, kecuali jenis topical yang di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian
obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2.
Distirbusi obat ke dalam tubuh
Setelah
di absorpsi, obat di distribusikan ke dalam tubuh melalui darah system limfatis
menuju sel dan masuk kedalam jarinagan tertentu. Proses ini dapat di pengaruhio
oleh keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.
3.
Metabolisme obat .
Setelah
melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme. Obat akan ikut
sirkulasi kedalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami
perubahan zat kimia untuk kemudian diekskresikan.
4.
Ekskresi sisa melalui obat
Setelah
obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak
dapat dipakai dan tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal
dalam bentuk urine, intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.
2.8 Sifat dan
Kerja Obat
Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang
bermanfaat sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi di dalam jaringan tubuh
atau organ, tetapi mengubah fungsi fisiologis obat dapat menggantikan zat tubuh
yang hilang ( contoh: insulin, hormone, tiroid, atau estrogen).
Mekanisme kerja
Obat yang menghasilkan kerja dengan mengubah cairan
tubuh atau membrane sel atau dengan berinteraksi dengan tepat reseptor
obat-obatan itu misalnya gas anestesi
umum, berinteraksi dengan membrane sel setelah sifat sel berubah obat
mengeluarkan pengaruhnya, mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat
pada reseptor sel. Obat dan reseptor saling berikatan seperti gembok dan
kuncinya, ketika obat dan reseptor saling berikatan efek terapeutik dirasakan.
FARMAKOKINETIK
farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, di metabolism, dan keluar dari tubuh. Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan Farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memiliki rute pemberian obat, menilai resiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, di metabolism, dan keluar dari tubuh. Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan Farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memiliki rute pemberian obat, menilai resiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
ABSORPSI
Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat,
daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Kulit relative tidak dapat di
tembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Daya larut obat yang di
berikan peroral setelah diingesti sangat tergantung pada bentuk atau preparat
obat tersebut . Larutan dan suspense,yang tersedia dalam bentuk cair, lebih muda
di absorpsi daripada tablet atau kapsul.
Obat oral
lebih mudah di absorpsi, jika di berikan di anatara waktu makan. Saat lambung
terisi makanan, isi lambung secara
perlahan di angkut ke duodenum, sehingga absorpsi obat melambat beberapa
makanan dan anatasida membuat obat berikatan membentuk kompleks yang tidak
dapat melewati lapisan saluran cerna.
Oleh karena itu,
obat-obatan tersebut harus di berikan satu sampai dua jam sebelum makan atau
dua sampai tiga jam setelah makan.Sebelum memberikan obat, perawat harus
memeriksa buku obat keperawatan, Informasi obat,atau berkonsultasi dengan
apoteker rumah sakit mengenai interaksi obat dan nutrient.
2.9 Peran Perawat dalam Pemberian Obat
Karena obat dapat menyembuhkan atau
merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang
paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat
kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan
memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada
pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat
yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan.
Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat
tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran,
intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat,
harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup
rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.
Bab 3
KESIMPULAN
Obat dapat dberikan
dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya: subkutan,
intrakutan, intramuscular dan intravena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang
perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab
ada jenis-jenis obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara
yang salah.
Ada beberapa cara pemberian
obat antara lain melalui pemberian obat antara lain melalui pemberian obat
secara oral, pemberian obat secara sublingual, pemberian obat parenteral dan
pemberian obat secara retal dsb. Pemberian obat ini pertama tama sangat
bergantung pada sediaan obat, bentuk sediaan obat yang kita kenal antara lain
tablet, kapsul, softgel, sirup, vial,dan masih banyak lagi.
obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat
menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata
rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang
bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum.
DAFTAR PUSTAKA
1.
A. Aziz Alimul H, 2005, Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC
2.
Perry, potter(2006), Fundamentak keperawatan, Edisi 4,
Jakarta: Salemba Medika
3.
Perry, potter (2009), Fundamentak keperawatan, Edisi 7,
Jakarta: Salemba Medika
No comments:
Post a Comment