Wednesday, January 8, 2014

standart obat



Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “ Pemberian Obat-obatan ”.
            kami menyadari makalah ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kemampuan dan usaha penyusun sendiri tetapi juga bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama dalam pembuatan makalah ini, kedua orang tua yang telah memberikan dukungan secara moral, material, spiritual serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.
            Kami juga menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan oleh karena itu saran dan masukan dari berbagai pihak sangat kami harapkan.
            Akhir kata, harapan penyusun semoga makalah ini dapat bermanfaat.












  

Daftar Isi

Kata Pengantar.............................................................................................................. 1
Daftar Isi........................................................................................................................ 2
Bab 1 Pendahuluan........................................................................................................ 3     
1.1  Latar Belakang…………………………………………………………………………………………………  3
1.2  Tujuan…………………….……………………………………………………………………………………….. 3
Bab 2 Pembahasan…….................................................................................................. 4       
2.1 Standart Obat…………………………………………………………………………………………………  4
2.2 Enam Prinsip Benar dalam Pemberian Obat…………………………………………………… 4
2.3 Cara Penyimpanan Obat…………………………………………………………………………………. 6
2.4 Kesalahan Pemberian Obat………………………………………………………………………………………… 6
2.5 Cara Pemberian Obat……………………………………………………………………………………… 7
2.6 Hak Klien dalam Pemberian Obat........................................................................ 8
2.7 Faktor yang mempengaruhi reaksi obat………………………………………..................... 9
2.8 Sifat dan Kerja obat………………………………………………………………………………………… 9
2.9 Peran Perawat dalam Pemberian Obat…………………………………………………………… 10
Bab 3 Kesimpulan.............................................................................................................. 11
Daftar Pustaka.................................................................................................................... 12






Bab 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu tugas terpenting perawat adalah memberi obat yang aman dan akurat kepada klien. Obat merupakan alat utama terapi untuk mengobati klien  yang memiliki masalah . Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal, beberapa obat dapat menimbulkan efek samping serius atau berpotensi menimbulkan yang berbahaya bila kita memberikan obat tersebut tidak sesuai anjuran yang sebenarnya.
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab dalam memahami kerja obat dan efek samping yang di timbulkan oleh obat yang telah di berikan, memberikan obat dengan tepat, memantau respon klien dan membantu klien untuk menggunakan dengan benar dan berdasarkan pengetahuan.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan di bahas salah satu rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara PARENTERAL, memberikan obat pada pasien dengan menginjeksinya ke dalam tubuh.

1.2 Tujuan
·         menjelaskan pentingnya pemberian obat dalam keperawatan
·         menjelaskan standart obat
·         menjelaskan reaksi obat
·         menjelaskan factor yang mempengaruhi reaksi obat
·         menjelaskan masalah dalam pemberian obat dan intervensi keperawatan
·         menjelaskan cara pemberian obat







Bab 2
PEMBAHASAN
Obat  adalah zat yang digunakan dalam diagnosis, terapi, penyembuhan, penurunan atau pencegahan penyakit . bentuk-bentuk obat antara lain; kapsul, pil, salep, sirup, dll.
2.1 Standart Obat
Standar yang diterima masyarakat harus Memenuhi kriteria tersebut.
  1.  Kemurnian : Pabrik harus memenuhi standart kemurnian untuk tipe dan konsentrasi zat lain yang diperbolehkan dalam produksi obat
  2.  Potensi: Konsentrasi obat aktif dalam preparat obat mempengaruhi kekuatan atau potensi obat
  3.  Bioavailability: Kemampuan obat untuk lepas dari bentuk dosis dan melarutkan, diabsorbsi dan diangkut tubuh ketempat kerjanya
  4.  Kemanjuran : Pemeriksaan laboratorium yang terinci dapat membantu menentukan efektivitas obat
  5.  Keamanan : Semua obat harus terus terevaluasi untuk menentukan efek samping obat tersebut

2.2  Prinsip Enam Benar

1.Benar Pasien
Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.
2.Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.
3.Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus tetap hati-hati dan teliti ! 
4.Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.
  1. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.
  2. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).
  3. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.
  4. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.
  5. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat misalnya terapi oksigen.
5.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.
6.Benar Dokumentasi
1.      Jika hasil pengkajian menunjukkan bahwa perlu dilakukan pendidikan kesehatn maka perawat harus membuat perdokumentasian khusus untuk pelaksanaan penyuluhan kesehatan pada klien dan keluarganya.
2.      Pada saat klien telah diberikan informasi tentang mamfaat / fungsi dari pemberian obat yang dilakukan,maka perawat segera membuat surat persetujuan tindakan medik (informedcontent) sebagai aspek legilitas dalam perlindungan hukum bagi perawat.
3.      Catat semua alat yang digunakan, baik jenisnya, jumlahnya maupun dosisnya, sebagai pertanggungjawaban adiministrasi pengobatan pada pihak R.S
Buat laporan dengan mencatat langkah-langkah prosedur pemberian obat
4.      Catat kapan pemberian obat dan obat oapa yang telah diberikan serta Catat perubahan yang dirasakan oleh pasien setelah pemberian obat tersebut.
5.      Dokumentasi harus segera dilakukan pada setiap pelaksanaan pemberian obat
6.      Pastikan kebenaran akan setiap pencatatan yang dilakukan
7.      Mencatat nama perawat yang melakukan penyuntuikan serta tanda tangan

2.3 Cara Penyimpanan Obat

Dalam menyimpan obat harus diperhatikan tiga faktor utama, yaitu :
  1. Suhu, adalah faktor terpenting, karena pada umumnya obat itu bersifat termolabil (rusak atau berubah karena panas), untuk itu perhatikan cara penyimpanan masing-masing obat yang berbeda-beda. Misalnya insulin, supositoria disimpan di tempat sejuk < 15°C (tapi tidak boleh beku), vaksin tifoid antara 2 – 10°C, vaksin cacar air harus < 5°C.
  2. Posisi, pada tempat yang terang, letak setinggi mata, bukan tempat umum dan terkunci.
  3. Kedaluwarsa, dapat dihindari dengan cara rotasi stok, dimana obat baru diletakkan dibelakang, yang lama diambil duluan. Perhatikan perubahan warna (dari bening menjadi keruh) pada tablet menjadi basah / bentuknya rusak.

2.4 Kesalahan Pemberian Obat

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat, memberi obat dua sekaligus sebagai kompensasi, memberi obat yang benar pada waktu yang salah, atau memberi obat yang benar pada rute yang salah.
Jika terjadi kesalahan pemberian obat, perawat yang bersangkutan harus segera menghubungi dokternya atau kepala perawat atau perawat yang senior segera setelah kesalahan itu diketahuinya.
 Mengapa Pasien Tidak Patuh dalam Meminum Obatnya ?
  1. Kurang pahamnya pasien terhadap tujuan pengobatan itu.
  2. Tidak mengertinya pasien tentang pentingnya mengikuti aturan pengobatan yang ditetapkan sehubungan dengan prognosisnya.
  3. Sukarnya memperoleh obat tersebut di luar rumah sakit.
  4. Mahalnya harga obat.
  5. Kurangnya kepedulian dan perhatian keluarga yang mungkin bertanggungjawab atas pemberian obat itu kepada pasien.
Terapi obat yang efektif dan aman hanya dapat dicapai bila pasien mengetahui seluk beluk pengobatan serta kegunaanya. Untuk itu sebelum pasien pulang ke rumah, perawat perlu memberikan KIE kepada pasien maupun keluarga tentang :
  1. Nama obatnya.
  2. Kegunaan obat itu.
  3. Jumlah obat untuk dosis tunggal.
  4. Jumlah total kali minum obat.
  5. Waktu obat itu harus diminum (sebelum atau sesudah makan, antibiotik tidak diminum bersama susu)
  6. Untuk berapa hari obat itu harus diminum.
  7. Apakah harus sampai habis atau berhenti setelah keluhan menghilang.
  8. Rute pemberian obat.
  9. Kenali jika ada efek samping atau alergi obat dan cara mengatasinya
  10. Jangan mengoperasikan mesin yang rumit atau mengendarai kendaraan bermotor pada terapi obat tertentu misalnya sedatif, antihistamin.
  11. Cara penyimpanan obat, perlu lemari es atau tidak
  12. Setelah obat habis apakah perlu kontrol ulang atau tidak

2.5  Cara Pemberian Obat

a.      Pemberian obat secara oral/di telan, istilah yang biasa di gunakan adalah oral, bentuk sediaan obat untuk pemberian oral adalah syrup, puyer, kapsul, tablet, kaplet, tablet, effervescent.
b.      Pemberian obat secara subligual/diletakkan di bawah lidah, namun istilah yang biasa digunakan adalah sublingual, biasanya bentuk sediaan obat untuk pemberian sublingual adalah tablet.
c.       Pemberian obat secara inhaler/dihirup, namun istilah yang biasa digunakan adalah inhalasi, bentuk sediaan obat untuk pemberian inhalasi adalah larutan (metered Dose Inhaler)bubuk.
d.      Pemberian obat secara rectal/ melalui anus, namun istilah yang biasa digunakan Rektal, bentuk sediaan obatnya suppositoria (padat) dan enema (larutan).
e.      Melalui Vagina, istilahnya Per Vaginam,Bentuk sediaan obatnya Ovula(padat).
f.        Pemberian obat secara parenteral/ suntikan (injeksi) Namun istilah yang paling biasa digunakan adalah parenteral, cara pemberian obat secara parenteral dapat dilakukan dengan IM,IV,ID,SC Intra Tekal, Inta Artikular. Bentuk sediaan obatnya adalah Vial,Ampul, dan botol infuse.
g.      Pemberian obat secara topical/di berikan setempat, bentuk sediaan obatnya adalah salep,krim,jelly,tincture,tetes(drops),plester,tulle.
h.      Pemberian obat secara intrakutan, Prinsipnya memsukkan obat kedalam jaringan kulit, Merupakan pemberian obat melalui jaringan intrakutan ini dilakukan dibawah dermis, atau epidermis, secara umum dilakukan pada daerah lengan dan bagian ventral.
i.        Pemberian obat secara subkutan adalah pemberian obat memalui suntikan ke area bawah kulit yaitu pada jarinagn konektif atau lemak di bawah dermis, Jenis obat yang lazim di berikan secara SC; Vaksin, Obat-obatan pre operasi, Narkotik, Insulin , Heparin. Pemberian obat  melalui subkutan ini umumnya dilakukan dalam program pemberian insulin yang digunakan untuk mengontrol kadar gula darah.
j.        Pemberian obat secara intramuscular Merupakan cara memasukkan obat kedalam jaringan otot. Tujuan : pemberian obat dengan absorpsi lebih cepat di bandingkan dengan subkutan. Lokasi penyuntikan dapat di suntikan pada daerah paha  ( Vastus lateralis) , ventrogluteal ( dengan posisi berbaring ), Dorsogluteal ( posisi tengkurap  , atau lengan atas ( deltoid ), daerah ini digunakan dalam penyuntikan di karenakan masa otot yang besar, vaskularisasi yang baik dan jauh dari syaraf.
k.       Cara pemberian obat melalui intervena yaitu memasukkan cairan obat langsung kedalam pembuluh darah vena waktu cepat sehingga obat langsung masuk kedalam system sirkulasi darah.
Tujuan :
1.      Memasukkan obat secara cepat
2.      Mempercepat penyerapan obat lokasi yang di gunakan untuk penyuntikan :
a.      Pada lengan ( vena mediana cubiti/ vena cephalica)
b.      Pada tungkai (vena saphenosus)
c.       Pada leher (vena jugularis) khusus pada anak
d.      Pada kepala ( vena Frontalis, atau vena temporalis) khusus pada anak
2.6 Hak Klien dalam Pemberian Obat
1.      Hak Klien Mengetahui Alasan Pemberian Obat
Hak ini adalah prinsip dari memberikan persetujuan setelah mendapatkan informasi ( Informed concent ) , yang berdasarkan pengetahuan individu yang diperlukan untuk membuat suatu keputusan .
2.      Hak Klien untuk Menolak Pengobatan
Klien dapat menolak untuk pemberian suatu pengobatan . Adalah tanggung jawab perawat untuk menentukan , jika memungkinkan , alasan penolakan dan mengambil langkah – langkah yang perlu untuk mengusahakan agar klien mau menerima pengobatan . Jika suatu pengobatan dtolak , penolakan ini harus segera didokumentasikan. Perawat yang bertanggung jawab, perawat primer, atau dokter harus diberitahu jika  pembatalan pemberian obat ini dapat membahayakan klien, seperti dalam pemberian insulin. Tindak lanjut  juga diperlukan jika terjadi perubahan pada hasil pemeriksaan laboratorium , misalnya pada pemberian insulin atau warfarin
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, jelaslah bahwa pemberian obat pada klien merupakan fungsi dasar keperawatan yang membutuhkan ketrampilan teknik dan pertimbangan terhadap perkembangan klien. Perawat yang memberikan obat-obatan pada klien diharapkan mempunyai pengetahuan dasar mengenai obat dan prinsip-prinsip dalam pemberian obat.
2.7 Faktor yang Mempengaruhi Reaksi Obat
1.      Absorpsi obat.
Absorpsi obat merupakan proses pergerakan obat dari sumber kedalam tubuh mellalui aliran darah, kecuali jenis topical yang di pengaruhi oleh cara dan jalur pemberian obat, jenis obat, keadaan tempat, makanan, dan keadaan pasien.
2.      Distirbusi obat ke dalam tubuh
Setelah di absorpsi, obat di distribusikan ke dalam tubuh melalui darah system limfatis menuju sel dan masuk kedalam jarinagan tertentu. Proses ini dapat di pengaruhio oleh keseimbangan cairan, elektrolit, dan keadaan patologis.
3.      Metabolisme obat .
Setelah melalui sirkulasi, obat akan mengalami proses metabolisme. Obat akan ikut sirkulasi kedalam jaringan kemudian berinteraksi dengan sel dan mengalami perubahan zat kimia untuk kemudian diekskresikan.
4.      Ekskresi sisa melalui obat
Setelah obat mengalami metabolism atau pemecahan, akan terdapat sisa zat yang tidak dapat dipakai dan tidak bereaksi. Sisa zat ini kemudian keluar melalui ginjal dalam bentuk urine, intestinal dalam bentuk feses, dan paru dalam bentuk udara.
2.8 Sifat dan Kerja Obat
 Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang bermanfaat sebuah obat tidak menciptakan suatu fungsi di dalam jaringan tubuh atau organ, tetapi mengubah fungsi fisiologis obat dapat menggantikan zat tubuh yang hilang ( contoh: insulin, hormone, tiroid, atau estrogen).
 Mekanisme kerja
Obat yang menghasilkan kerja dengan mengubah cairan tubuh atau membrane sel atau dengan berinteraksi dengan tepat reseptor obat-obatan  itu misalnya gas anestesi umum, berinteraksi dengan membrane sel setelah sifat sel berubah obat mengeluarkan pengaruhnya, mekanisme kerja obat yang paling umum ialah terikat pada reseptor sel. Obat dan reseptor saling berikatan seperti gembok dan kuncinya, ketika obat dan reseptor saling berikatan efek terapeutik dirasakan.
FARMAKOKINETIK
farmakokinetik adalah ilmu tentang cara obat masuk kedalam tubuh, mencapai tempat kerjanya, di metabolism, dan keluar dari tubuh. Dokter dan perawat menggunakan pengetahuan Farmakokinetiknya ketika memberikan obat, memiliki rute pemberian obat, menilai resiko perubahan kerja obat, dan mengobservasi respons klien.
 ABSORPSI
Absorpsi adalah cara molekul obat masuk kedalam tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi absorpsi obat antara lain rute pemberian obat, daya larut obat, dan kondisi di tempat absorpsi. Kulit relative tidak dapat di tembus zat kimia, sehingga absorpsi menjadi lambat. Daya larut obat yang di berikan peroral setelah diingesti sangat tergantung pada bentuk atau preparat obat tersebut . Larutan dan suspense,yang tersedia dalam bentuk cair, lebih muda di absorpsi daripada tablet atau kapsul.
Obat oral lebih mudah di absorpsi, jika di berikan di anatara waktu makan. Saat lambung terisi makanan, isi lambung secara perlahan di angkut ke duodenum, sehingga absorpsi obat melambat beberapa makanan dan anatasida membuat obat berikatan membentuk kompleks yang tidak dapat melewati lapisan saluran cerna.
Oleh karena itu, obat-obatan tersebut harus di berikan satu sampai dua jam sebelum makan atau dua sampai tiga jam setelah makan.Sebelum memberikan obat, perawat harus memeriksa buku obat keperawatan, Informasi obat,atau berkonsultasi dengan apoteker rumah sakit mengenai interaksi obat dan nutrient.

2.9 Peran Perawat dalam Pemberian Obat

Karena obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.
Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien sukar makan obat, harus dipertimbangkan.
Rencana perawatan harus mencangkup rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.




Bab 3
KESIMPULAN
Obat dapat dberikan dengan berbagai cara disesuaikan dengan kondisi pasien, diantaranya: subkutan, intrakutan, intramuscular dan intravena. Dalam pemberian obat ada hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi pemberian obat. Sebab ada jenis-jenis obat tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan dengan cara yang salah.
Ada beberapa cara pemberian obat antara lain melalui pemberian obat antara lain melalui pemberian obat secara oral, pemberian obat secara sublingual, pemberian obat parenteral dan pemberian obat secara retal dsb. Pemberian obat ini pertama tama sangat bergantung pada sediaan obat, bentuk sediaan obat yang kita kenal antara lain tablet, kapsul, softgel, sirup, vial,dan masih banyak lagi.   
obat dapat menyembuhkan atau merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang paling penting. Perawat adalah mata rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar diminum.














DAFTAR PUSTAKA
1.      A. Aziz Alimul H, 2005, Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC
2.      Perry, potter(2006), Fundamentak keperawatan, Edisi 4, Jakarta: Salemba Medika
3.      Perry, potter (2009), Fundamentak keperawatan, Edisi 7, Jakarta: Salemba Medika








No comments:

Post a Comment