Wednesday, January 8, 2014

skabies, epidemiologi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Scabies adalah penyakit zoonisis yang menyerang kulit dan mudah menular dari manusia ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh Sascoptes Scabei varian homunis (Harapah, 2000). Orang Jawa sering menyebut penyakit itu sebagai gudig.
Saat ini badan dunia menganggap penyakit Skabies sebagai pengganggu dan perusak kesehatan, yang tidak dapat dianggap lagi hanya sekedar penyakitnya orang miskin karena penyakit Skabies masa kini telah merebak menjadi penyakit kosmopolit yang menyerang semua tingkat sosial (Agoes, 2000).
Penyakit ini telah hampir ditemukan diseluruh negara dunia dengan angka prevalensi yang bervariasi. Di beberapa negara berkembang, prevalensinya berkisar antara 6-27% dari populasi umum dan cenderung lebih tinggi pada anak dan remaja (Sungkar, 1997).  Namun penyakit ini dapat mengenai semua kalangan usia.
Di Indonesia penyakit Skabies yang hampir teratasi, ini cenderung mulai bangkit dan merebak kembali. Menurut Departemen Kesehatan RI prevaksi Skabies di Indonesia sebesar 4,60 – 12,95% dan skabies menduduki urutan ke 3 dari 12 penyakit kulit tersering (Notobroto, 2005).
Salah satu faktor pendukung terjadinya penyakit Skabies adalah sanitasi yang buruk, pada lingkungan yang padat penduduk, status ekonomi rendah, usaha penyehatan lingkungan merupakan suatu pencegahan terhadap berbagai kondisi yang mungkin dapat menimbulkan penyakit dan sanitasi merupakan faktor utama yang harus diperhatikan (Mukono, 2006).

1.2.    Rumusan Masalah
1.      Apakah penyakit skabies itu
2.      Apa etiologi penyakit skabies
3.      Berapa lama masa inkubasi dan diagnosis penyakit
4.      Bagaimana cara penularan, pencegahan dan penanggulangan penyakit skabies itu

1.3.    Tujuan
­   Mengetahui tentang penyakit skabies
­   Mengetahui apa penyebab skabies
­   Menentukan lama inkubasi dan diagnosis penyakit skabies
­   Mengetahui cara penularan – pencegahan atau penanggulangan penyakit skabies.























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Pengertian Skabies
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) Sarcoptes Scabei. Yang termasuk dalam kelas Arachnida.
Penetrasi pada kulit terlihat jelas berbentuk papuja, vesikula atau berupa saluran kecil berjejer, berisi kutu dan telurnya. Tungau ini berukuran sangat kecil dan hanya bisa dilihat dengan mikroskop atau bersifat mikroskopis. Penyakit skabies sering disebut sebagai kutu badan.
Penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Skabies mudah menyebar baik secara langsung atau melalui sentuhan langsung pada penderita maupun secara tidak langsung melalui baju, sprei, handuk, bantal, air atau sisir yang pernah dipergunakan penderita dan belum dibersihkan dan masih terdapat tungau sarcopternya.
            Skabies menyebabkan rasa gatal, lesi banyak ditemukan di sela-sela jari disekitar pergelangan tangan dan siku serta ketiak, pinggang, paha, dan daerah perut. Penyebabnya adalah kondisi kebersihan yang kurang terjaga sanitasi yang buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan terlalu lembab dan kurang mendapat sinar matahari secara langsung. Penyakit kulit skabies menular sangat cepat suatu komunitas yang tinggal bersama sehingga dalam pengobatannya harus dilakukan secara serentak dan menyeluruh pada semua orang dan lingkungan yang terserang skabies.

2.2.    Etiologi
Sarcoptes Skabie termasuk filum Artropoda kelas Urachnida. Pada manusia disebut Sarcopter Scabies hominis. Secara morfologis merupakan tungau kecil berbentuk oval, pungggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini transent warna putih, kotor, dan tidak bermata. Ukuran tungau scabies 0,4 x 0,3 mm pada jantan dan 0,2 x 0,5 pada betina. Selain tungau skabies dapat juga disebabkan melalui kontak fisik yang erat dengan orang lain yang menderita penyakit ini.
2.3.    Masa Inkubasi dan Diagnosis
2.3.1.      Masa Inkubasi
Masa inkubasi berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang sebelumnya belum pernah terpajan – orang yang sebelumnya pernah menderita skabies maka gejala atau muncul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
2.3.2.      Diagnosis
Menurut Handoko, 2007, diagnosis ditegakkan jika terdapat setidaknya dua dari 4 tanda Kardenial skabies yaitu :
1.      Prusitus nakturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktifitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lembab dan panas.
2.      Penyakit ini menyerang secara berkelompok. Misalnya dalam sebuah keluarga biasanya semua anggota keluarga akan terkena infeksi skabies begitu pula dengan sebuah perkampungan yang padat penduduknya.
3.      Adanya terowongan dan tempat-tempat prediksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk lurus atau berkelok-kelok, rata-rata panjang 1 cm, dan pada ujung terowongan itu ditemukan pupul atau vesikel, tempat prediksinya adalah tempat-tempat dengan stratum korneum yang tipis seperti jari-jari tungau, pergelangan tangan bagian polar, gentalia pria dan perut bagian bawah.
4.      Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

2.4.    Cara Penularan
Penyakit skabies dapat ditularkan melalui kontak langsung maupun tidak langsung. Yang paling penting sering adalah kontak langsung yang saling bersentuhan atau melalui alat-alat seperti tempat tidur, handuk, dan pakaian. Bahkan penyakit ini dapat ditularkan melalui hubungan seksual antara penderita dengan orang yang sehat. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa skabies dapat ditularkan melalui hubungan seksual meskipun bukan merupakan akibat utama (Brown, 2999).


2.5.    Pencegahan dan Penanggulangan
2.5.1.      Pengobatan Skabies
Pengobatan skabies dapat dilakukan dengan delousing yakni shower dengan air yang telah dilarutkan bubuk DDT (Diklhoro Diphenyl Trichlor roeten). Pengobatan lain dengan mengolesi salep yang mempunyai daya nutricid baik dari zat kimia organik maupun non organik. Pada bagian kulit yang terasa gatal dan kemerahan. Alternatif lain adalah mandi dengan sabun sulfur/belerang karena kandungan pada sulfur bersifat antiseptik dan anti parasit.
Pengobatan skabies juga harus dilakukan secara serentak pada daerah yang terserang skabies agar tidak tertular kembali penyakit skabies (Sadana, 2007). Selain itu obat tradisional juga berkhasiat dalam pengobatan penyakit skabies, misalnya khasiat obat tanaman permot yang terserang skabies. Tanaman ini mampu mematikan tungau skabies.
Penyakit ini dapat dikendalikan dengan cara menjaga kebersihan untuk membasmi skabies (mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh dipakai secara bersamaan, dll). Menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat. Ruangan jangan terlalu lembab dan harus terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota keluarga dengan baik.













BAB III
PEMBAHASAN

3.1.    Epidmiologi Skabies
3.1.1.      Distribusi Penyakit
Penyebaran/distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah menurut ciri-ciri manusia (person), tempat (place), dan waktu (time).
­   Orang (person)
Penyakit skabies ini dapat menyerang semua orang. Khususnya pada bayi akan lebih rentan terkena penyakit ini. Penyakit ini biasa diderita pada pemukiman yang padat penduduk dan menyerang secara berkelompok.
­   Tempat (place)
Skabies ditemukan disemua negara di seluruh dunia dengan prevansi yang bervariasi. Di beberapa negara yang sedang berkembang prevalensi skabies sekitar 6% - 27% populasi dan cenderung pada anak-anak dan remaja.
            Pada tahun 1975 terjadi wabah skabies di perkampungan Indian di kepulauan Sun bias, Panawa. Penduduk di daerah tersebut hidup dalam lingkungan yang padat dengan jumlah penghuni tiap rumah 13 orang atau lebih. Pada survei pertama didapatkan prevaleasi skabies 28%. Suatu kelompok sedangkan kelompok lain 42%. Dua tahun kemudian dilakukan survei pada pulau Ban lebih besar yang berpenduduk 2000 orang. Pada survei tersebut ditemukan 90% penduduk menderita skabies.
            Skabies ini merupakan penyakit endemik yang dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia. Misalnya penyebaran skabies di negara AS dan Eropa yang terjadi tanpa melihat faktor usia, ras, jenis kelamin, atau status kesehatan dan ekonomi seseorang.
            Insiden skabies di negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan siklus fluktuasi yang sampai saat ini belum dapat dijelaskan.


­   Waktu (time)
Scabies berlangsung 2-6 minggu sebelum serangan gatal muncul pada orang yang sebenarnya belum pernah terpajan scabies. Orang yang sebelumnya pernah menderita scabies maka gejala akan munsul 1-4 hari setelah infeksi ulang.
3.1.2.      Frekwensi Penyakit
Penyakit scabies merupakan penyakit yang menular yang disebabkan oleh tungu (mute). Pada manusia penyakit ini dapat menyerang pada semua usia, baik anak-anak, remaja dan orang tua dan khususnya pada bayi juga sering terjadi. Penyakit ini biasa banyak diderita pada penghuni penduduk yang padat.
3.1.3.      Determinan
­   Agent
Scabies disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang termasuk kelas arachmida, sejenis tungau yang berukuran kecil yang bersifat mikroskopis.
­   Host
*  Menurut umur dan jenis kelamin
Penyakit ini menyerang semua kalangan usia dan bisa terjadi pada siapapun baik laki-laki maupun perempuan.
­   Faktor lingkungan
Kegiatan wabah disebabkan oleh buruknya sanitasi lingkungan karena biasanya penyakit ini apabila sanitasi lingkungan yang ditempati kurang bersih maka akan mudah terpapar oleh penyakit skabeis.









BAB IV
PENUTUP

            Kesimpulan
Scabie adalah penyakit kulit yang mudah menular disebabkan oleh Sarcaptes Scabiei. Tungau ini berbentuk bundar dan memiliki 4 pasang kaki. Sarcoptes betina ini akan membentuk terowongan pada lapisan kulit stratum dan bertelur. Dalam waktu singkat  telur tersebut akan menetes menjadi hypoi yang akan memakan sel-sel di lapisan kulit. Sehingga penderita merasa gatal dan menggaruk kulitnya dan terjadi infeksi ektoparasit.
   Adapun gejala-gejala yang dirasakan oleh penderita yaitu gejala yang hebat terutama pada malam hari dan munculnya gelembung air pada kulit. Penularan penyakit ini melalui kontak langsung dengan penderita atau tidak langsung melalui alat-alat yang dipakai penderita, mis : baju, handuk, sprei, kasur, dll.
   Cara penyembuhan penyakit ini dengan cara pengobatan baik obat-obat di resep oleh dokter seperti obat topikal (salep) yang dioleskan pada kulit yang terinfeksi skabies. Sedangkan penyakit ini dapat dicegah dengan cara menjaga kebersihan diri sendiri dengan mandi menggunakan sabun, membersihkan tempat tidur, handuk, pakaian dan segala yang sudah dipakai dicuci dengan air panas. Dan menjaga lingkungan agar tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan terkena sinar matahari.

No comments:

Post a Comment